Minggu, 22 April 2018

Kemiskinan Di Indonesia

PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang Masalah
      Keadaan Perekonomian remaja ini sangat memprihatinkan. Yang kita ketahui khususnya di Indonesia sekarang terdapat banyak sekali permasalahan yang menyangkut mengenai kehidupan bermasyarakat, antara lain masalah kemiskinan, masalah pengangguran, masalah lingkungan hidup, dll. Permasalahan tersebut timbul akhir semakin meningkatnya keadaan ekonomi yang tidak diadaptasi dengan kondisi masyarakat. Khususnya masyarakat menengah kebawah. Hingga sekarang kemiskinan masih menjadi penggalan dari problem terberat dan paling krusial di dunia ini.
      Pada kesempatan ini penulis mencoba memaparkan secara global kemiskinan negara-negara di dunia, yaitu negara-negara berkembang yang nota-benenya ada di belahan benua Asia. Kemudian juga pemaparan secara spesifik mengenai kemiskinan di Negara Indonesia. Adapun yang dimaksudkan Negara berkembang yakni Negara yang mempunyai standar pendapatan rendah dengan infrastruktur yang relatif ndeso dan minimnya indeks perkembangan insan dengan norma secara global. Dalam hal ini kemiskinan tersebut mencakup sebagian Negara-negara Timur-Tengah, Asia selatan, Asia tenggara dan Negara-negara pinggiran benua Asia.

1.2  Rumusan Masalah
      Dari permasalahan kemiskinan yang terjadi, penulis mencoba untuk mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
            1.      Apa definisi dari kemiskinan?
            2.      Apa indikator terjadinya kemiskinan?
            3.      Faktor apa saja yang menjadi penyebab kemiskinan?
            4.      Bagaimanakah tingkat perkembangan kemiskinan di Indonesia?
            5.      Apa tantangan dalam menghadapi kemiskinan di Indonesia?
            6.      Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan di Indonesia?

1.3  Maksud dan Tujuan
      Adapun maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini, yaitu sebagai berikut :
            1.      Menumbuhkan kesadaran masyarakat Indonesia yang bisa dalam hal bahan semoga ikut berperan serta untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
            2.      Memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia untuk menghadapi kemiskinan yang merupakan tantangan global dunia ketiga.
            3.      Untuk mengetahui sejauh mana upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
            4.      Makalah ini dibutuhkan sanggup menambah tumpuan pustaka yang bekerjasama dengan permasalahan dan upaya penyelesaian kemiskinan di Indonesia.
            5.      Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan kiprah terstruktur dari mata pelajaran Sosiologi.


PEMBAHASAN


A.    Definisi Kemiskinan
      Dalam kamus ilmiah populer, kata “Miskin” mengandung arti tidak berharta (harta yang ada tidak mencukupi kebutuhan) atau bokek. Adapun kata “fakir” diartikan sebagai orang yang sangat miskin. Secara Etimologi makna yang terkandung yaitu bahwa kemiskinan sarat dengan masalah konsumsi. Hal ini bermula semenjak masa neo-klasik di mana kemiskinan hanya dilihat dari interaksi negatif (ketidakseimbangan) antara pekerja dan upah yang diperoleh.
      Kemiskinan juga sanggup diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tersebut tidak sanggup memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau bisa dikatakan dengan suatu kondisi serba kekurangan dalam arti minimnya bahan yang dimana mereka ini tidak sanggup menikmati akomodasi pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.
      Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perkembangan arti definitif dari pada kemiskinan yakni sebuah keniscayaan. Berawal dari sekedar ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan komponen-komponen sosial dan moral. Misal, pendapat yang diutarakan oleh Ali Khomsan bahwa kemiskinan timbul oleh lantaran minimnya penyediaan lapangan kerja di banyak sekali sektor, baik sektor industri maupun pembangunan. Senada dengan pendapat di atas yakni bekerjsama kemiskinan ditimbulkan oleh ketidakadilan faktor produksi, atau kemiskinan yakni ketidakberdayaan masyarakat terhadap sistem yang diterapkan oleh pemerintah sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi. Arti definitif ini lebih dikenal dengan kemiskinan struktural.
      Kemiskinan sanggup dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin adikara apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan perilaku seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada perjuangan dari pihak lain yang membantunya.

B.     Indikator-Indikator Kemiskinan
      Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara detail indikator-indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikator-indikator kemiskinan sebagaimana di kutip dari Badan Pusat Statistika, antara lain sebagai berikut :
            1.      Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan).
            2.      Tidak adanya susukan terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi).
            3.      Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).
            4.      Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
            5.      Rendahnya kualitas sumber daya insan dan terbatasnya sumber daya alam.
            6.      Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
            7.      Tidak adanya susukan dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
            8.      Ketidakmampuan untuk berusaha lantaran cacat fisik maupun mental.
            9.      Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, perempuan korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).
C.    Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan
      Ada dua kondisi yang mengakibatkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu kemiskinan alami dan kemiskinan buatan. Kemiskinan alami terjadi akhir sumber daya alam (SDA) yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan peristiwa alam. Kemiskinan buatan diakibatkan oleh efek dari para birokrat kurang berkompeten dalam penguasaan ekonomi dan banyak sekali akomodasi yang tersedia, sehingga menjadikan susahnya untuk keluar dari kemelut kemiskinan tersebut. Dampaknya, para ekonom selalu gencar mengkritik kebijakan pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan ketimbang dari pemerataan.
      Di bawah ini beberapa penyebab kemiskinan berdasarkan pendapat Karimah Kuraiyyim, yang antara lain adalah:
            1.      Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global.
            Yang penting digaris bawahi di sini yakni bahwa standar pendapatan per-kapita bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan per-kapita akan turun beriringan. Berikut beberapa faktor yang menghipnotis kemerosotan standar perkembangan pendapatan per-kapita:
·         Naiknya standar perkembangan suatu daerah.
·         Politik ekonomi yang tidak sehat.
·         Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:
1)      Rusaknya syarat-syarat perdagangan
2)      Beban hutang
3)      Kurangnya tunjangan luar negeri, dan
4)      Perang
            2.      Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.
            Terlihat terang faktor ini sangat urgent dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan. Oleh lantaran itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan dengan maksimal
            3.      Biaya kehidupan yang tinggi.
            Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu tempat yakni sebagai akhir dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau honor masyarakat. Tentunya kemiskinan yakni konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa disebabkan oleh lantaran kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan perempuan di depan publik dan banyaknya pengangguran.
4.      Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang merata.
            Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak pribadi mematikan sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh pajak negara.
            Selain itu, ada juga penyebab utama lain dari timbulnya kemiskinan ini, diantaranya :
            §  Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan
            §  Terbatasnya susukan serta rendahnya mutu layanan kesehatan, pendidikan, dan sempitnya lapangan pekerjaan
            §  Kurangnya pengawasan serta proteksi terhadap asset usaha
            §  Kurangnya penyesuaian terhadap honor upah yang tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan seseorang
            §  Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam
            §  Besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga.
            §  Tata kelola pemerintahan yang jelek yang mengakibatkan inefisiensi dan inefektivitas dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi dan rendahnya jaminan sosial terhadap masyarakat.

D.    Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia
      Laporan Bank Pembangunan Asia (ADB) menyebutkan bahwa dalam lima tahun terakhir keadaan kemiskinan di Indonesia semakin memburuk. Hal ini diduga lantaran pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan meningkatnya Gross Domestic Product (GDP) dan atau disebabkan semakin luasnya kesenjangan social.
      Hingga sekarang kemiskinan merupakan problematika kemanusiaan yang menjadi warta sentral di Indonesia. Lebih dari 110 juta orang Indonesia hidup dengan penghasilan kurang dari US$ 2 per hari. Jumlah ini sama dengan jumlah penduduk Malaysia, Vietnam, dan Kamboja bila digabungkan. Sebagian besar penduduk miskin di Asia Tenggara tinggal di Indonesia.
Kemiskinan menjadi alasan rendahnya Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia) Indonesia. Secara menyeluruh, kualitas insan Indonesia relatif sangat rendah bila dibandingkan dengan kualitas insan di negara-negara lain di dunia. United Nations Development Programme (UNDP) menempatkan HDI Indonesia di peringkat 124 dari 187 negara pada tahun 2011. Di tahun yang sama, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 30 juta orang, sebesar 37% dari jumlah tersebut berada di tempat perkotaan dan 63% di tempat pedesaan.
      Kemiskinan mengakibatkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan secara terbatas, menciptakan belum dewasa tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya kemampuan untuk menabung dan berinvestasi, minimnya susukan ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan dan jaminan sosial, serta menguatnya arus urbanisasi ke kota.

E.     Tantangan Kemiskinan di Indonesia
      Masalah kemiskinan di Indonesia sarat sekali hubungannya dengan rendahnya tingkat Sumber Daya Manusia (SDM). dibuktikan oleh rendahnya mutu kehidupan masyarakat Indonesia meskipun kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Sebagaimana yang ditunjukkan oleh rendahnya Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) Indonesia pada tahun 2002 sebesar 0,692. yang masih menempati peringkat lebih rendah dari Malaysia dan Thailand di antara negara-negara ASEAN. Sementara, Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) Indonesia pada tahun yang sama sebesar 0,178. masih lebih tinggi dari Filipina dan Thailand. Selain itu, kesenjangan gender di Indonesia masih relatif lebih besar dibanding negara ASEAN lainnya.
      Tantangan lainnya yakni kesenjangan antara desa dan kota. Proporsi penduduk miskin di pedesaan relatif lebih tinggi dibanding perkotaan. Data Susenas (National Social Ekonomi Survey) 2004 menawarkan bahwa sekitar 69,0 % penduduk Indonesia termasuk penduduk miskin yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Selain itu juga tantangan yang sangat memilukan yakni kemiskinan di alami oleh kaum perempuan yang ditunjukkan oleh rendahnya kualitas hidup dan peranan wanita, terjadinya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta masih rendahnya angka pembangunan gender (Gender-related Development Indeks, GDI) dan angka Indeks pemberdayaan Gender(Gender Empowerment Measurement,GEM).
      Tantangan selanjutnya yakni otonomi daerah. di mana hal ini mempunyai kiprah yang sangat signifikan untuk mengentaskan atau menjerumuskan masyarakat dari kemiskinan. Sebab dikala meningkatnya kiprah keikutsertaan pemerintah tempat dalam penanggulangan kemiskinan. maka tidak tidak mungkin dalam jangka waktu yang relatif singkat kita akan bisa mengentaskan masyarakat dari kemiskinan pada skala nasional terutama dalam mendekatkan pelayanan dasar bagi masyarakat. Akan tetapi dikala pemerintah tempat kurang peka terhadap keadaan lingkungan sekitar, hal ini sangat berpotensi sekali untuk membawa masyarakat ke jurang kemiskinan, serta bisa menimbulkan ancaman laten dalam skala Nasional.

F.     Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan
            1)      Penanganan Masalah Kurang Gizi dan Kekurangan Pangan
            Penanganan masalah kurang gizi dan kekurangan pangan meliputi:
·         Perbaikan gizi masyarakat dengan kegiatan prioritas: penanggulangan kurang energi protein, anemia gizi besi, gangguan akhir kurang yodium, kurang vitamin A, dan zat gizi mikro lainnya pada rumah tangga miskin.
·         Peningkatan ketahanan pangan dengan kegiatan prioritas: penyaluran beras bersubsidi untuk keluarga miskin.
            2)      Perluasan Kesempatan Masyarakat Miskin Atas Pendidikan
            Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas pendidikan mencakup kegiatan prioritas sebagai berikut :
·         Penyediaan tunjangan operasional sekolah untuk SD, SMP, Pesantren Salafiyah, dan satuan pendidikan non Islam setara SD dan SMP.
·         Beasiswa siswa miskin jenjang SMA.
·         Pengembangan pendidikan untuk sanggup membaca.
            3)      Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas kesehatan
            Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas kesehatan mencakup kegiatan prioritas sebagai berikut :
·         Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas
·         Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar terutama di tempat perbatasan, terpencil, tertinggal, dan kepulauan.
·         Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan terutama untuk penanganan penyakit menular dan berpotensi wabah, pelayanan kesehatan ibu dan anak, gizi jelek dan pelayanan ke gawat darurat.
·         Pelatihan teknis bidan dan tenaga kesehatan untuk mengurangi tingkat simpulan hayat pada kelahiran.
            4)      Perluasan Kesempatan Berusaha
            Perluasan kesempatan berusaha mencakup peningkatan dukungan pengembangan perjuangan bagi masyarakat miskin dengan kegiatan pokok:
·         Percepatan pelaksanaan registrasi tanah rumah tangga miskin.
·         Penasehat penataan hak kepemilikan dan sertifikasi lahan petani.
·         Penyediaan sarana dan prasarana untuk usaha.
·         Pelatihan ketrampilan untuk menjalankan usaha.
·         Peningkatan pelayanan koperasi sebagai modal usaha
      Upaya penanggulangan kemiskinan Indonesia telah dilakukan dan menempatkan penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas utama kebijakan pembangunan nasional. Kebijakan kemiskinan merupakan prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 dan dijabarkan lebih rinci dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahun serta dipakai sebagai pola bagi kementrian, forum dan pemerintah tempat dalam pelaksanaan pembangunan tahunan.
      Sebagai wujud gerakan bersama dalam mengatasi kemiskinan dan mencapai Tujuan pembangunan Milenium, Strategi Nasional Pembangunan Kemiskinan (SPNK) telah disusun melalui proses partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholders pembangunan di Indonesia. Selain itu, sekitar 60 % pemerintah kabupaten/ kota telah membentuk Komite penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPKD) dan menyusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) sebagai dasar arus utama penanggulangan kemiskinan di tempat dan mendorong gerakan sosial dalam mengatasi kemiskinan.
      Adapun langkah jangka pendek yang diprioritaskan antara lain sebagai berikut:
·         Mengurangi kesenjangan antar tempat dengan; (i) penyediaan sarana-sarana irigasi, air higienis dan sanitasi dasar terutama daerah-daerah langka sumber air bersih. (ii) pembangunan jalan, jembatan, dan dermaga daerah-daerah tertinggal. (iii) redistribusi sumber dana kepada daerah-daerah yang mempunyai pendapatan rendah dengan instrumen Dana Alokasi Khusus (DAK).
·         Perluasan kesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui tunjangan dana stimulan untuk modal usaha, training keterampilan kerja dan meningkatkan investasi dan revitalisasi industri.
·         Khusus untuk pemenuhan sarana hak dasar penduduk miskin diberikan pelayanan antara lain (i) pendidikan gratis sebagai penuntasan aktivitas berguru 9 tahun termasuk tunjangan bagi murid yang kurang bisa (ii) jaminan pemeliharaan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di puskesmas dan rumah sakit kelas tiga.
Di bawah ini merupakan contoh dari upaya mengatasi kemiskinan di Indonesia :
      Contoh dari upaya kemiskinan yakni di propinsi Jawa Barat tepatnya di Bandung dengan diadakannya Bandung Peduli yang dibuat pada tanggal 23 – 25 Februari 1998. Bandung Peduli yakni gerakan kemanusiaan yang memfokuskan kegiatannya pada upaya menolong orang kelaparan, dan mengentaskan orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam melaksanakan kegiatan, Bandung Peduli berpegang teguh pada wawasan kemanusiaan, tanpa mengindahkan perbedaan suku, ras, agama, kepercayaan, ataupun haluan politik.
      Oleh lantaran sumbangan dari para gemar memberi tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan permasalahan kelaparan dan kemiskinan yang dihadapi, maka Bandung Peduli melaksanakan targetting dengan sasaran bahwa orang yang dibantu tinggal di Kabupaten/ Kotamadya Bandung, dan mereka yang tergolong fakir. Golongan fakir yang dimaksud yakni orang yang miskin sekali dan paling miskin bila diukur dengan “Ekuivalen Nilai Tukar Beras”.

PENUTUP


3.1  Kesimpulan
      Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, sanggup disimpulkan bahwa masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula dari perilaku pemaknaan kita terhadap kemiskinan. Kemiskinan yakni suatu hal yang alami dalam kehidupan. Dalam artian bahwa semakin meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan pun akan semakin banyak. Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari pemerintah, melainkan masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini yakni kiprah dan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat.

3.2  Saran
      Adapun saran yang sanggup penulis sampaikan adalah:
            1.      Pemerintah sebaiknya menjalankan aktivitas terpadu secara serius dan bertanggung jawab semoga sanggup segera mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia
            2.      Sebagai warga negara Indonesia yang baik, mari kita dukung semua aktivitas pemerintah dengan sungguh-sungguh demi masa depan bangsa dan negara Indonesia terbebas dari kemiskinan.
            3.      Marilah kita tingkatkan kepedulian dan kepekaan sosial untuk membantu saudara kita yang masih mengalami kemiskinan.
Sumber http://makalahtugasmu.blogspot.com


EmoticonEmoticon