Rabu, 09 Mei 2018

Makalah Perkembangan Etika Pada Dewasa | Pendidikansrg

Makalah Perkembangan Moral Pada Remaja

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Remaja merupakan suatu masa dari umur insan yang paling banyak mengalami perubahan, sehingga membawanya pindah dari masa kanak-kanak menuju kepada masadewasa. Perubahan-perubahan yang terjadi itu, meliputi: jasmani, rohani, pikiran, perasaandan sosial. Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja mendudukitahap progresif.

Meskipun perkembangan aspek-aspek kepribadian telah diawali pad masa-masasebelumnya, tetapi puncaknya boleh dikatakan terjadi pada masa remaja. Sebab setelahmelewati masa remaja ini remaja telah menjelma seorang sampaumur yang bolehdikatakan telah terbentuk suatu langsung yang relative tetap.

Perkembangan moral, nilai dan sikap tingkah laku ini berkembang sangat pesat padamasa remaja. Dapat dikatakan bahwa pada masa remaja menjadi penentu perkembangan hal-hal tersebut.

RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan duduk masalah dari makalah ini antara lain:
  1. Apakah pengertian dari perkembangan mora?
  2. Bagaimana karakteristik perkembangan moral pada remaja?
  3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral pada remaja?
  4. Bagaimanakah perbedaan individu dalam perkembangan moral?
  5. Bagaimana relasi antara nilai, moral, sikap, dan tingkah laku?
  6. Bagaimana tahap-tahap perkembangan moral?
  7. Bagaimana implementasi perkembangan moral dalam kehidupan sehari-hari?
TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini antara lain:


  1. Mahasiswa memahami pengertian dari perkembangan moral
  2. Mahasiswa mengetahui karakteristik perkembangan moral pada remaja
  3. Mahasiswa sanggup mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral padaremaja
  4. Mahasiswa mengetahui perbedaan individu dalam perkembangan moral
  5. Mahasiswa mengetahui relasi antara nilai, moral, sikap, dan tingkah laku
  6. Mahasiswa mengetahui tahap-tahap perkembangan moral
  7. Mahasiswa mengetahui implementasi dari perkembangan moral dalam kehidupan sehari-hari


BAB II PEMBAHASAN 

1. PENGERTIAN PERKEMBANGAN MORAL

Istilah moral berasal dari kata Latin "MOS" (Moris), yang berarti adab istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Moral sanggup juga diartikan sebagai anutan ihwal baik jelek perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik, perlu dilakukan,dan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk mendapatkan dan melaksanakan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti:
  • Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan
  • Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan berjodi.
Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku. Seseorang sanggup dikatakan bermoral, apabila tingkah laris orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sehingga kiprah penting yang harus dikuasai remaja ialah mempelajari apa yang diperlukan oleh masyarakat dan kemudian mau membentuk perilakunya semoga sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam eksekusi menyerupai yang dialami waktu anak-anak.

Perkembangan moral (moral development) berafiliasi dengan peraturan-peraturan dan nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak saat dilahirkan tidak mempunyai moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara dan sahabat sebaya), anak berguru memahami ihwal sikap mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laris mana yang buruk, yang dihentikan dikerjakan.

2. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MORAL

Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja ialah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yakni:
  • Mulai bisa berfikir abstrak.
  • Mulai bisa memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotetis, maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka.
  • Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada sebab dianggapnya sebagai suatu yang bernilai walau belum bisa mempertanggungjawabkannya secara pribadi.
  • Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. e. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.
  • Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
  • Penilaian secara psikologis menjadi lebih mahal.
3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MORAL

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral:
  1. Hubungan serasi dalam keluarga, yang merupakan daerah penerapan pertama sebagai individu. Begitupula dengan pendidikan agama yang diajarkan di lingkungan keluarga sangat berperan dalam perkembangan moral remaja.
  2. Masyarakat, tingkah laris insan bisa terkendali oleh kontrol dari yang mempunyai sanksi-sanksi buat pelanggarnya.
  3. Lingkungan sosial, lingkungan sosial terutama lingkungan sosial terdekat yang bisa sebagai pendidik dan pembina untuk memberi imbas dan membentuk tingkah laris yang sesuai.
  4. Perkembangan nalar, makin tinggi budi budi seseorang , maka makin tinggi pula moral seseorang. e. peranan media massa dan perkembangan teknologi modern. Hal ini kuat pada moral remaja. Karena seorang remaja sangat cepat untuk terpengaruh terhadap hal-hal yang  gres yang belum diketahuinya.
4. PERBEDAAN INDIVIDU DALAM PERKEMBANGAN MORAL

Setiap individu mempunyai perbedaan dalam menyikapi nilai, moral, dan sikap, tergantung dimana individu tersebut berada. Pada bawah umur terdapat anggapan  bahwa aturan-aturan ialah niscaya dan mutlak oleh sebab diberikan oleh orang sampaumur atau Tuhan yang tidak bisa diubah lagi (Kohlberg,1963). Sedangkan pada bawah umur yang  berusia lebih tua, mereka bisa menawar aturan-aturan tersebut kalau disetujui oleh semua orang.

Pada sebagian remaja dan orang sampaumur yang penalarannya terhambat,  pedoman mereka hanyalah menghindari hukuman. Sedangkan untuk tingkat kedua sudah ada pengertian bahwa untuk memenuhi kebutuhan sendiri seseorang juga harus memikirkan kepentingan orang lain. Perbedaan perseorangan juga sanggup dilihat pada latar  belakang kebudayaannya. Jadi, ada kemungkinan terdapatindividu atau remaja yang tidak mencapai perkembangan nilai, moral dan sikap serta tingkah laris yang diharapkan  padanya.

5. HUBUNGAN ANTARA NILAI, MORAL, SIKAP, DAN TINGKAH LAKU

Nilai Merupakan sesuatu yang baik, diinginkan atau dicita-citakan dan dianggap  penting oleh warga masyarakat, contohnya kebiasaan dan sopan santun. Menurut Green, sikap merupakan kesediaan bereaksi individu terhadap suatu hal, sikap berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laris seseorang. Tingkah laris ialah implementasi dari sikap yang diwujudkan dalam perbuatan.

Dalam kaitan dengan pengamalan nilai-nilai hidup, maka moral merupakan kontrol dalam bersikap dan bertingkah laris sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud. Dalam hal ini aliran Psikonalisis tidak membeda-bedakan antara moral, norma dan nilai. Semua konsep itu berdasarkan Freud menyatu dalam konsepnya super ego. Super ego sendiri dalam teori Freud merupakan belahan dari jiwa yang berfungsi untuk mengendalikan tingkah laris ego, sehingga tidak bertentangan dengan masyarakat.

6. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MORAL

Dari hasil penyelidikan kohlberg mengemukakan 6 tahap (stadium) perkembangan moral yang berlaku secara universal dan dalam urutan tertentu. Ada 3 tingkat perkembangan moral berdasarkan kohlberg, yaitu tingkat :
I Prakonvensional
II Konvensional
III Pasca-konvensional

Masing-masing tingkat terdiri dari 2 tahap, sehingga keseluruhan ada 6 tahapan yang  berkembang secara bertingkat dengan urutan yang tetap. Tidak setiap orang sanggup mencapai tahap terakhir perkembangan moral. Dalam stadium nol, anak menganggap baik apa yang sesuai dengan ajakan dan keinginannya. Hingga sehabis stadium ini datanglah:
Tingkat I: Prakonvensional, yang terdiri dari stadiun 1 dan 2
Pada stadium 1, anak berorientasi kepada kepatuhan dan hukuman. Anak menganggap  baik atau jelek atas dasar akhir yang ditimbulkannya. Anak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Ia harus berdasarkan atau kalau tidak, akan memperoleh hukuman.

Pada stadium 2, berlaku prinsip Relaivistik-Hedonism. Pada tahap ini, anak tidak lagi secara mutlak tergantung kepada aturan yang ada di luar dirinya, atau ditentukan oleh orang lain, tetapi mereka sadar bahwa setiap bencana mempunyai banyak sekali segi. Jadi, ada Relativisme. Relativisme ini artinya bergantung pada kebutuhan dan kesanggupan sesorang.

Misalnya mencuri kambing sebab kelaparan. Karena perbuatan "mencuri" untuk memenuhi
kebutuhanya, maka mencuri dianggap sebagai perbuatan yang bermoral, meskipun perbuatan mencuri itu diketahui sebagai perbuatan yang salah sebab ada akibatnya, yaitu hukuman.

Tingkat II: Konvensional

Stadium 3, menyngkut orientasi mengenai anak yang baik. Pada stadium ini, anak mulai memasuki umur belasan tahun, dimana anak memperlihatkan orientasi perbuatan- perbuatan yang sanggup dinilai baik oleh orag lain, masyarakat ialah sumber yang
menentukan, apakah perbuatan sesorang baik atau tidak. Menjadi "anak yang manis" masih
sangat penting daam stadium ini.

Stadium 4, yaitu tahap mempertahankan norma-norma sosial dari otoritas. Pada stdium ini perbuatan baik yang diperlihatkan seseorang bukan hanya semoga sanggup diterima oleh lingkungan masyarakatnya, melainkan bertujuan semoga sanggup ikut mempertahankan aturan-aturan atau norma-norma soisal. Makara perbuatan baik merupakan kewajiban untuk ikut melaksanakan aturan-aturan yang ada, semoga tidak timbul kekacauan.

Tingkat III: Pasca-Konvensional

Stadium 5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial, pada stadium ini ada relasi timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial, dengan masyarakat. Seseorang harus memperlihatkan kewajibannya, harus sesuai dengan tuntutan norma-norma sosial kerena sebaiknya, lingkungan sosial atau masyarakat akan memperlihatkan pertolongan kepadanya.

Stadium 6, tahap ini disebut prinsisp universal. Pada tahap ini ada norma etik disamping norma langsung dan subjektif. Dalam relasi dan perjanjian antara seseorang ada unsur subjektif ynag menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau tidak. Dalam hal ini, unsur etika akan menentukan apa yang boleh dan baik dilakukan atau sebaliknya. Menurut Furter (1965), menjadi remaja berarti mengerti nila-nilai. Mengerti nilai-nilai ini tidak berarti hanya memperoleh pengertian saja melainkan juga sanggup menjelaskanya/mengamalkannya. Hal ini selanjutnya berarti bahwa remaja sudah sanggup menginternalisasikan penilaian-penilaian moral, menjadikanya sebagai nilai-nilai pribadi. Untuk selanjutnya penginternalisasian nilai-nilai ini akan tercemin dalam sikap dan tingkah lakunya.

7. IMPLEMENTASI PERKEMBANGAN MORAL
Adapun implementasi dari perkembangan moral pada remaja adalah: 
  • Dalam bergaul, remaja sudah mulai selektif dalam menentukan teman
  • Remaja sudah peka terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya dan sudah mulai mencari solusi terhadap permasalahan tersebut
  • Sudah mulai mencoba untuk membahagiakan orang lain
  • Timbul rasa kepedulian bila melihat hal-hal yang menyentuh hati
  • Remaja sudah mulai membentuk kepribadiannya yang sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya
BAB III PENUTUP 
KESIMPULAN

Menjadi remaja berarti mengerti nilai-nilai, yang berarti tidak hanya memperoleh  pengertian saja tetapi juga sanggup menjalankannya atau mengamalkannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral yaitu relasi serasi dalam keluarga, masyarakat, lingkungan sosial, perkembangan nalar, dan peranan media massa dan perkembangan teknologi modern.

Karakteristik perkembangan moral antara lain: mulai bisa berfikir abstrak, mulai bisa memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotetis, mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada, keyakinan moral lebih berpusat  pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah, keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan, evaluasi moral menjadi kurang egosentris, dan evaluasi secara  psikologis menjadi lebih mahal.

Perbedaan individu dalam perkembangan nilai, moral dan sikap,sesuai dengan umur, faktor kebudayaan, dan tingkat pemahamannya.

Sumber http://pendidikansrg.blogspot.com


EmoticonEmoticon