Senin, 07 Mei 2018

Perkebangan Anak [Psikologi]

Latar Belakang

Pendidikan bagi anak usia dini ialah suatu pendidikan yang sengaja dilakukan bagi anak yang berada di usia 0 – 8 tahun. Pendidikan ini sanggup dilakukan dalam jalur pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah, dan bentuk pendidikan pun sanggup dilakukan di Taman Kanak-kanak, Play Group, Tempat Penitipan Anak, atau di TKA/TPA dan RA. Artinya, bentuk pendidikan seperti
apapun yang diikuti anak usia dini pada pada dasarnya ialah sama, untuk membantu meningkatkan derajat dan kualitas anak didiknya, dan membantu proses perkembangan anak seoptimal mungkin.

Anak usia dini ialah anak yang sedang dalam proses tumbuh kembang. Pada usia ini segala aspek perkembangan anak mengalami kemajuan yang sangat pesat. Aspek perkembangan yang ada pada anak usia dini meliputi aspek intelektual, fisikmotorik, sosio-emosional, bahasa, moral dan keagamaan. Semua aspek perkembangan yang ada pada diri anak ini selayaknya menjadi perhatian para pendidik biar aspek perkembangan ini sanggup berkembang secara optimal. Tidak berkembangnya aspek perkembangan anak ini akan berakibat di masa yang akan datang, tidak saja anak mengalami kendala dalam perkembangan pada masa perkembangan di usia berikutnya, tetapi anak juga akan mengalami kesulitan dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang.
Membantu proses pengembangan aneka macam aspek perkembangan anak perlu diawali dengan pemahaman ihwal Psikologi Perkembangan Anak, lantaran perkembangan anak berbeda dengan perkembangan anak remaja atau orang dewasa. Anak mempunyai karakteristik tersendiri dan anak mempunyai dunianya sendiri. Untuk mendidik anak usia dini, kita perlu dibekali pemahaman ihwal dunia anak dan bagaimana proses perkembangan anak. Dengan pemahaman ini diharapkan para pendidik anak usia dini mempunyai pemahaman yang lebih baik dalam menentukan proses pembelajaran ataupun perlakuan pada anak yang dibinanya.

Psikologi dan Psikologi Perkembangan Manusia merupakan subyek dalam kehidupan, alasannya ialah sebagai makhluk ciptaan Tuhan dialah yang selalu melihat, bertanya, berpikir dan mempelajari segala sesuatu yang ada dalam kehidupannya. Manusia bukan hanya tertarik dan ingin mempelajari apa yang ada pada lingkungannya atau sesuatu di luar dirinya tetapi juga hal-hal yang ada dalam dirinya. Dengan kata lain, insan ingin mengetahui keadaan dirinya sendiri. Ilmu pengetahuan yang berobyekan manusia, dan mempelajari aneka macam sikap insan sebagai individu ialah Psikologi. Pada dasarnya psikologi terbagi atas dua bagian, yaitu psikologi umum dan psikologi khusus. Psikologi umum ialah ilmu yang mempelajari konsep umum ihwal sikap individu, apa, mengapa dan bagaimana individu berperilaku. 
Sedangkan psikologi khusus ialah kelompok psikologi yang mempelajari sikap individu secara khusus, baik kekhususan lantaran tahap perkembangannya, posisinya, aspek yang mendapat sorotan utamana atau lantaran kondisinya. Yang termasuk dalam kelompok psikologi khusus ialah psikologi perkembangan yang terbagi atas psikologi anak, remaja, remaja dan usia lanjut, psikologi laki-laki dan wanita, psikologi abnormal, psikologi kepribadian, psikologi diferensial dan psikologi binatang. Psikologi Perkembangan merupakan salah satu cabang dari psikologi khusus yang mempelajari sikap dan perubahan sikap individu dalam aneka macam tahap perkembangan, mulai dari masa sebelum lahir (prenatal), masa bayi, masa kanakkanak, masa anak kecil, masa anak sekolah dasar, masa remaja awal, masa remaja tengah dan adolesen, masa remaja muda, remaja dan remaja tua, serta masa usia lanjut. Tiap tahap masa perkembangan tersebut menjadi obyek studi dari psikologi alasannya ialah setiap masa mempunyai ciri-ciri atau karakteristik perkembangan yang berbeda.
Dalam makalah ini hanya akan mengungkapkan ihwal psikologi perkembangan anak yang merupakan salah satu kepingan dari psikologi perkembangan.

Pertumbuhan dan Perkembangan 
 
Istilah pertumbuhan dan perkembangan seringkali dipergunakan seakan-akan keduanya mempunyai pengertian yang sama, lantaran pertanda adanya suatu proses perubahan tertentu yang mengarah kepada kemajuan. Padahal sebenarnya istilah pertumbuhan dan perkembangan ini mempunyai pengertian yang berbeda. Pertumbuhan sanggup diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif, sebagai akhir dari adanya imbas luar atau lingkungan. Pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik.
Pertumbuhan sanggup didefinisikan pula sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada diri individu yang sehat dalam fase-fase tertentu. Hasil dari pertumbuhan ini berupa bertambah panjangnya tulang-tulang terutama lengan dan tungkai, bertambah tinggi dan berat badannya serta makin bertambah sempurnanya susunan tulang dan jaringan syaraf. Pertumbuhan ini akan terhenti sesudah adanya maturasi atau kematangan pada diri individu.
Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan ialah suatu perubahan fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan imbas lingkungan.
Perkembangan sanggup juga dikatakan sebagai suatu urutan-urutan perubahan yang bertahap dalam suatu pola yang teratur dan saling berhubungan. Perubahanperubahan yang terjadi dalam perkembangan ini bersifat tetap, menuju ke suatu arah, yaitu ke suatu tingkat yang lebih tinggi. Contohnya : anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, menciptakan huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya. Kemampuan berguru menulis akan gampang dan cepat dikuasai anak apabila proses latihan diberikan pada ketika otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan ketika untuk memahami bentuk karakter telah diperolehnya. Dengan demikian anak akan bisa memegang pensil dan membaca bentuk huruf. Melalui berguru anak akan berkembang, dan akan bisa mempelajari hal-hal yang baru. Perkembangan akan dicapai lantaran adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman gres dan mengakibatkan sikap baru.
Dari uraian pengertian perkembangan di atas perlu disadari bahwa pertumbuhan fisik mempengaruhi perkembangan psikis individu, lantaran pada suatu ketika tertentu kedua istilah ini sanggup dipakai secara bersamaan. Dengan kata lain perkembangan merupakan hasil dari pertumbuhan, pematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi psikis dan perjuangan belajar.

Prinsip-prinsip Perkembangan 
 
Perkembangan individu berlangsung sepanjang hayat, dimulai semenjak masa pertemuan sel ayah dengan ibu (masa konsepsi) dan berakhir pada ketika kematiannya. Perkembangan individu ini bersifat dinamis, perubahannya kadang kala lambat, tetapi bisa juga cepat, hanya berkenaan dengan salah satu aspek ataupun beberapa aspek perkembangan. Perkembangan tiap individu juga tidak selalu seragam, seorang berbeda dengan yang lainnya baik dalam temponya, iramanya maupun kualitasnya.
Dalam perkembangan individu dikenal prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut :
1. Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek. Perkembangan bukan hanya berkenaan dengan aspek-aspek tertentu tetapi menyangkut semua aspek. Perkembangan aspek tertentu mungkin lebih terlihat dengan jelas, sedangkan aspek yang lainnya lebih tersembunyi. Perkembangan tersebut juga berlangsung terus hingga final hayatnya, hanya pada ketika tertentu perkembangannya lambat bahkan sangat lambat, sedangkan pada ketika lain sangat cepat. Jalannya perkembangan individu itu berirama dan irama perkembangan setiap anak tidak selalu sama.
2. Setiap anak mempunyai kecepatan (tempo) dan kualitas perkembangan yang berbeda. Seseorang mungkin mempunyai kemampuan berpikir dan membina hubungan sosial yang sangat tinggi dan tempo perkembangannya dalam segi itu sangat cepat, sedang dalam aspek lainnya menyerupai keterampilan atau estetika kemampuannya kurang dan perkembangannya lambat. Sebaliknya, ada anak yang ketrampilan dan estetikanya berkembang pesat sedangkan kemampuan berpikir dan hubungan sosialnya agak lambat.
3. Perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola tertentu. Perkembangan sesuatu segi didahului atau mendahului segi yang lainnya. Anak bisa merangkak sebelum anak bisa berjalan, anak bisa meraban sebelum anak bisa berbicara, dan sebagainya.
4. Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit. Secara normal perkembangan itu berlangsung bertahap tetapi dalam situasisituasi tertentu sanggup juga terjadi loncatan-loncatan. Sebaliknya sanggup juga terjadi kemacetan perkembangan aspek tertentu. 
5. Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju ke yang lebih khusus, mengikuti proses diferensiasi dan integrasi. Perkembangan dimulai dengan dikuasainya kemampuan-kemampuan yang bersifat umum, menyerupai kemampuan memegang dimulai dengan memegang benda besar dengan kedua tangannya, gres kemudian memegang dengan satu tangan tetapi dengan kelima jarinya. Perkembangan berikutnya ditunjukkan dengan anak sanggup memegang dengan beberapa jari, dan akhirnnya memakai ujung-ujung jarinya. Dalam perkembangan terjadi proses diferensiasi atau penguraian ke hal yang lebih kecil dan terjadi pula proses integrasi. Dalam integrasi ini beberapa kemampuan khusus/kecil itu bergabung membentuk satu kecakapan atau keterampilan.
6. Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase, tetapi lantaran faktor-faktor khusus, fase tertentu dilewati secara cepat, sehingga nampak ke luar menyerupai tidak melewati fase tersebut, sedangkan fase lainnya diikuti dengan sangat lambat, sehingga nampak menyerupai tidak berkembang.
7. Sampai batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu aspek sanggup dipercepat atau diperlambat. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan juga faktor lingkungan. Kondisi yang masuk akal dari pembawaan dan lingkungan sanggup mengakibatkan laju perkembangan yang masuk akal pula. Kekurangwajaran baik yang berlebih atau berkekurangan dari faktor pembawaan dan lingkungan sanggup mengakibatkan laju perkembangan yang lebih cepat atau lebih lambat.
8. Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek lainnya. Perkembangan kemampuan sosial berkembang sejajar dengan kemampuan berbahasa, kemampuan motorik sejajar dengan kemampuan pengamatan dan lain sebagainya.
9. Pada saat-saat tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu perkembangan laki-laki berbeda dengan wanita. Pada usia 12-13 tahun, anak perempuan lebih cepat matang secara sosial dibandingkan dengan laki-laki. Fisik laki-laki umumnya tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Laki-laki lebih kuat dalam kemampuan inteleknya sedangkan perempuan lebih kuat dalam kemampuan berbahasa dan estetikanya.

Karakteristik Anak
 
Beberapa andal dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang periode usia Taman Kanak-kanak merupakan periode yang penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Maria Montessori (Elizabeth B. Hurlock, 1978 : 13) beropini bahwa usia 3 - 6 tahun sebagai periode sensitive atau masa peka yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Misalnya masa peka untuk berbicara pada periode ini tidak terlewati maka anak akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya. Demikian pula training karakter anak. Pada periode tersebut karakter anak harus sanggup dibangun melalui kegiatan dan pekerjaan. Jika pada periode ini anak tidak didorong aktivitasnya, perkembangan kepribadiannya akan menjadi terhambat. Masa-masa sensitif meliputi sensitivitas terhadap keteraturan\lingkungan, sensitivitas untuk mengeksplorasi lingkungan dengan pengecap dan tangan, sensitivitas untuk berjalan, sensitivitas terhadap obyek-obyek kecil dan detail, serta sensitivitas terhadap aspek-aspek sosial kehidupan. 
Erikson (Helms & Turner, 1994 : 64) memandang periode ini sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk menyebarkan inisiatifnya, menyerupai kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat kendala dari lingkungannya, maka anak akan bisa menyebarkan inisiatif, dan daya kreatifnya, dan hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, mengerjakan sesuatu di mana anak sanggup melaksanakan sendiri maka anak tidak mendapat kesempatan untuk berbuat kesalahan atau berguru dari kesalahan itu. Pada fase ini terjamin tidaknya kesempatan untuk berprakarsa (dengan adanya kepercayaan dan kemandirian yang memungkinkannya untuk berprakarsa), akan menumbuhkan inisiatif. Sebaliknya jikalau terlalu banyak dihentikan dan ditegur, anak akan diliputi perasaan serba salah dan berdosa (guilty). Kartini Kartono (1986:113) mengemukakan bahwa ciri khas anak masa kanak-kanak ialah sebagai berikut : (1) bersifat egosentris naif, (2) mempunyai kekerabatan sosial dengan benda-benda dan insan yang sifatnya sederhana dan primitif, (3) kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai satu totalitas, dan (4) sikap hidup yang fisiognomis.
Kartini Kartono menjelaskan bahwa seorang anak yang egosentris memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri. Sikap egosentris yang naif ini bersifat temporer, dan senantiasa dialami oleh setiap anak dalam proses perkembangannya. Relasi sosial yang primitif merupakan akhir dari sifat egosentris yang naif tersebut. Ciri ini ditandai oleh kehidupan individual dan sosialnya masih belum terpisahkan. Anak hanya mempunyai minat terhadap benda-benda dan insiden yang sesuai dengan daya fantasinya. Dengan kata lain anak membangun dunianya dengan khayalan dan keinginannya. 
Kesatuan jasmani dan rohani yang tidak terpisahkan, maksudnya ialah anak belum sanggup membedakan dunia batiniah dengan lahiriah. Isi lahiriah dan batiniah merupakan suatu kesatuan yang bulat, sehingga penghayatan anak diekspresikan secara spontan.
Anak bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara eksklusif anak menawarkan atribut pada setiap penghayatannya. Anak tidak bisa membedakan benda hidup dengan benda mati. Setiap benda dianggapnya berjiwa menyerupai dirinya, oleh lantaran itu anak sering bercakap-cakap dengan bonekanya, dengan kucing, dengan kelinci dan sebagainya.
Rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu merupakan ciri lain yang menonjol pada anak usia 4-5 tahun. Anak mempunyai sikap berpetualang (adventurousness) yang kuat. Anak akan banyak memperhatikan, membicarakan atau bertanya ihwal aneka macam hal yang sempat dilihat atau didengarnya.
Pertumbuhan fisik anak usia 4-5 masih memerlukan acara yang banyak. Kebutuhan anak untuk melaksanakan aneka macam acara sangat diperlukan, baik untuk pengembangan otot-otot kecil maupun otot-otot besar. Gerakan-gerak fisik ini tidak sekedar penting untuk menyebarkan keterampilan fisik saja, tetapi juga sanggup besar lengan berkuasa nyata terhadap penumbuhan rasa harga diri anak dan bahkan perkembangan kognisi. Keberhasilan anak dalam menguasai keterampilanketerampilan motorik sanggup menciptakan anak gembira akan dirinya.
Sejalan dengan perkembangan keterampilan fisiknya, anak usia sekitar lima tahun ini semakin berminat pada teman-temannya. Ia akan mulai memperlihatkan hubungan dan kemampuan bekerja sama yang lebih intens dengan teman-temannya. Anak menentukan sahabat menurut kesamaan acara dan kesenangan.
Kualitas lain dari anak usia ini ialah abilitas untuk memahami pembicaraan dan pandangan orang lain semakin meningkat sehingga keterampilan komunikasinya juga meningkat. Penguasaan akan keterampilan berkomunikasi ini menciptakan anak semakin bahagia bergaul dan bekerjasama dengan orang lain. Anak usia Taman Kanak-kanak ialah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan sangat pesat dan sangat mendasar bagi kehidupan selanjutnya. Anak mempunyai dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya serta seakan-akan tak pernah berhenti untuk belajar.

Aspek-aspek Perkembangan Anak
Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan kepribadian individu anak, lantaran kepribadian individu membentuk satu kesatuan yang terintegrasi. Secara umum sanggup dibedakan beberapa aspek utama kepribadian individu anak, yaitu aspek intelektual, fisik-motorik, sosio-emosional, bahasa, moral dan keagamaan.
Perkembangan dari tiap aspek kepribadian tidak selalu bantu-membantu atau sejajar, perkembangan sesuatu aspek mungkin mendahului atau mungkin juga mengikuti aspek lainnya. Pada awal kehidupan anak, yaitu pada ketika dalam kandungan dan tahun-tahun pertama, perkembangan aspek fisik dan motorik sanga menonjol. Selama sembilan bulan dalam kandungan, ukuran fisik bayi berkembang dari seperduaratus milimeter menjadi 50 sentimeter panjangnya. Selama dua tahun pertama, bayi yang tidak berdaya pada awal kelahirannya, telah menjadi anak kecil yang sanggup duduk, merangkak, berdiri, bahkan cendekia berjalan dan berlari, bisa memegang dan mempermainkan aneka macam benda atau alat. Aspek intelektual perkembangannya diawali dengan perkembangan kemampuan mengamati, melihat hubungan dan memecahkan problem sederhana. Kemudian berkembang ke arah pemahaman dan pemecahan problem yang lebih rumit. Aspek ini berkembang pesat pada masa anak mulai masuk sekolah dasar (usia 6-7 tahun). Berkembang konstan selama masa berguru dan mencapai puncaknya pda masa sekolah menengah atas (usia 16-17 tahun).
Perkembangan aspek sosial diawali pada masa kanak-kanak (usia 3-5 tahun). Anak bahagia bermain bersama sahabat sebayanya. Hubungan persebayaan ini berjalan terus dan agak pesat terjadi pada masa sekolah (usia 11-12 tahun) dan sangat pesat pada masa remaja (16-18 tahun). Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak berlangsung melalui hubungan antar sahabat dalam aneka macam bentuk permainan.
Aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan suara, berlanjut dengan meraban. Pada awal masa sekolah dasar berkembang kemampuan berbahasa sosial yaitu bahasa untuk memahami perintah, seruan serta hubungan anak dengan teman-temannya atau orang dewasa. Pada final masa sekolah dasar berkembang bahasa pengetahuan. Perkembangan ini sangat bekerjasama erat dengan perkembangan kemampuan intelektual dan sosial. Bahasa merupakan alat untuk berpikir dan berpikir merupakan suatu proses melihat dan memahami hubungan antar hal. Bahasa juga merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan komunikasi berlangsung dalam suatu interaksi sosial. Dengan demikian perkembangan kemampuan berbahasa juga bekerjasama erat dan saling menunjang dengan perkembangan kemampuan sosial. Perkembangan bahasa yang berjalan pesat pada awal masa sekolah dasar mencapai kesempurnaan pada final masa remaja.

Perkembangan aspek afektif atau perasaan berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun). Pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi rasa galau menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada masa remaja tengah, rasa bahagia tiba silih berganti dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa erat bertukar dengan kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja final yaitu pada usia 18-21 tahun. Aspek moral dan keagamaan juga sudah berkembang semenjak anak masih kecil. Peranan lingkungan terutama lingkungan keluarga sangat mayoritas bagi perkembangan aspek ini. Pada mulanya anak melaksanakan perbuatan bermoral atau keagamaan lantaran meniru, gres kemudian menjadi perbuatan atas prakarsa sendiri. Perbuatan prakarsa sendiripun pada mulanya dilakukan lantaran adanya kontrol atau pengawasan dari luar, kemudian berkembang lantaran kontro dari dalam atau dari dirinya sendiri. Tingkatan tertinggi dalam perkembangan moral ialah melakukansesuatu perbuatan  bermoral lantaran panggilan hati nurani, tanpa perintah, tanpa keinginan akan sesuatu imbalan atau pujian. Secara potensial tingkatan moral ini sanggup dicapai oleh individu pada final masa remaja, tetapi faktor-faktor dalam diri dan lingkungan individu anak sangat besar lengan berkuasa terhadap pencapaiannya.
Tugas-tugas Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-kanak Tugas perkembangan merupakan suatu kiprah yang muncul dalam suatu periode tertentu dalam kehidupan individu. Tugas tersebut harus dikuasai dan diselesaikan oleh individu, alasannya ialah kiprah perkembangan ini akan sangat mempengaruhi pencapaian perkembangan pada masa perkembangan berikutnya. Jika seorang individu gagal
menuntaskan kiprah perkembangan pada satu fase tertentu, maka ia akan mengalami kegagalan dalam pencapaian kiprah perkembangan masa masa berikutnya. Akibatnya individu akan mengalami kesulitan dalam menghadapi kehidupan pada masa-masa selanjutnya. Pada setiap masa perkembangan individu, ada aneka macam kiprah perkembangan yang harus dikuasainya, namun dalam makalah ini hanya akan disampaikan kiprah perkembangan untuk masa bayi dan masa kanak-kanak.

Pada beberapa bulan pertama dari kelahirannya, aspek yang memegang peranan penting dari bayi ialah sekitar mulutnya. Mulut bukan hanya alat untuk makan dan minum, tetapi juga alat komunikasi dengan dunia luar. Bayi mendapat beberapa pengalaman dan rasa bahagia melalui sentuhan-sentuhan dengan mulutnya. Baru selanjutnya dengan mata, pendengaran dan tangan yang berperan
sebagai alat penghubung dengan dunia luar. Dengan berpusat pada mulut, dibantu dan dilengkapi dengan alat-alat indera dan anggota badan, bayi mengadakan hubungan dan berguru ihwal dunia sekitar. Melalui interaksi dengan memakai alat tersebut dengan lingkungannya, bayi memperoleh kesan dan memahami lingkungannya.
Pada tahun kedua, seorang bayi telah mulai berguru berdiri sendiri, di samping ketergantungannya yang masih sangat besar terhadap orang tuanya. Bayi berusaha memecahkan beberapa permasalahan yang dihadapinya. Hal ini sangat besar lengan berkuasa besar terhadap berkembangan kepribadiannya. Pada tahun berikutnya anak mulai sanggup mengontrol cara-cara buang air, dan ia juga mulai mengadakan eksplorasi terhadap lingkungannya.
Pada tahun keempat dan kelima, anak sudah mencapai kesempurnaan dalam melaksanakan gerakan menyerupai berjalan, berlari, meloncat dan sebagainya. Gerakangerakan ini sangat berperan sekali dalam perkembangan selanjutnya. Pada final masa kanak-kanak, anak bukan sja mencapai kesempurnaan dalam gerakan-gerak fisik, tetapi juga telah menguasai sejumlah kemampuan intelektual, sosial bahkan moral.
Beberapa kiprah perkembangan yang muncul dan harus dikuasai oleh anak pada masa ini ialah :
1. Belajar berjalan. Pada usia sekitar satu tahun, tulang dan otot-otot bayi telah cukup kuat untuk melaksanakan gerakan berjalan. Berjalan merupakan puncak dari perkembangan gerak pada masa bayi.
2. Belajar mengambil makanan. Makanan merupakan kebutuhan biologis utama pada manusia. Dengan diawali oleh kemampuan mengambil dan memakan sendiri masakan yang dibutuhkannya, bayi telah memulai perjuangan memenuhi sendiri kebutuhan hidupnya.
3. Belajar berbicara. Bicara merupakan alat berpikir dan berkomunikasi dengan orang lain. Melalui kiprah ini anak mempelajari bunyi-bunyi yang emngandung arti dan berusaha mengkomunikasikannya dengan orang-orang di sekitarnya. Melalui penguasaan akan kiprah ini anak akan berkembang pula kecakapan sosial dan intelektualnya.
4. Belajar mengontrol cara-cara buang air. Pengontrolan cara buang air bukan hanya berfungsi menjaga kebersihan, tetapi juga menjadi indikator utama kemampuan berdiri sendiri, pengendalian diri dan sopan santun. Anak yang sudah menguasai cara-cara buang air dengan baik, termasuk daerah dan pemeliharaan kebersihannya, pada tahap selanjutnya akan bisa mengendalikan diri dan bersopan santun.
5. Belajar mengetahui jenis kelamin. Dalam masyarakat akan selalu ditemui individu dengan jenis kelamin laki-laki atau wanita, walaupun ada juga yang berkelainan. Anak harus mengenal jenis-jenis kelamin ini baik ciri-ciri biologisnya maupun sosial kulturalnya serta peranan-peranannya. Pengenalan ihwal jenis kelamin sangat penting bagi pembentukan peranan dirinya serta penentuan bentuk perlakuan dan interaksi baik dengan jenis kelamin yang sama maupun berbeda dengan dirinya.
6. Menguasai stabilitas jasmaniah. Pada masa bayi, kondisi fisiknya sangat labil dan peka, gampang sekali berubah dan kena imbas dari luar. Pada final masa kanak-kanak, ia harus mempunyai jasmani yang stabil, kuat, sehat, seimbang biar bisa melaksanakan tuntutan-tuntutan perkembangan selanjutnya. 
7. Memiliki konsep sosial dan fisik walaupun masih sederhana. Anak hidup dalam lingungan fisik dan sosial tertentu. Agar sanggup hidup secara masuk akal dan beradaptasi dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya, anak dituntut mempunyai konsep-konsep sosial dan fisi yang sesuai dengan kemampuannya. Anak harus sudah mengetahui apa itu binatang, manusia, rumah, baik, jahat dan lain-lain.
8. Belajar hubungan sosial yang baik dengan orang tua, serta orang-orang dekat lainnya, lantaran akan selalu bekerjasama dengan orng lain, baik dalam keluarganya maupun di lingkungannya, maka ia dituntut untuk sanggup membin hubungan baik dengan orang-orang tersebut. Anak dituntut sanggup memakai bahasa yang tepat dan baik, bersopan santun.
9. Belajar membedakan mana yang baik dan tidak baik serta pengembangan hati nurani. Pergaulan hidup selalu beriisi dan berlandaskan moral. Sesuai dengan kemampuannya anak dituntut telah mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana yang tidak baik. Lebih jauh ia dituntut untuk melaksanakan perbuatan yang baik dan menghindarkan perbuatan yang tidak baik. Diharapkan kebaikankebaikan ini menjadi kepingan dari hati nuraninya.

Penutup
 
Dalam upaya mendidik dan menyebarkan anak untuk mencapai perkembangannya seoptimal mungkin, maka para pendidik anak usia dini perlu memahami siapa anak didiknya dan bagaimana perkembangan anak itu sendiri. Anak berbeda dengan orang remaja atau orang tua, anak mempunyai karakteristik dan dunianya sendiri, dan anak mempunyai potensi untuk sanggup berkembang selama lingkungannya menawarkan pengaruh-pengaruh yang nyata bagi upaya pengembangannya.

Referensi
 
Hadis, F.A. (1996). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Proyek Pendidikan Tenaga Guru Ditjen   Dikti Depdikbud.
Havighurst, Robert, J. (1961). Human Development and Education. New York : Longmans Green and Co.
Helms, D. B & Turner, J.S. (1983). Exploring Child Behavior. New York : Holt Rinehartand Winston.
Hurlock, Elizabeth. B. (1978). Child Development, Sixth Edition.New York : Mc. Graw Hill, Inc.
Kartono, Kartini. (1986). Psikologi Anak. Bandung : Alumni.
Maxim, George. W. (1985). The Very Young Guiding Children from Infancy through the Early Years, Second Edition.California : Wodsworth Publishing Company. 
Santrock, J.W, & Yussen, S.R. (1992). Child Development, 5 th Ed. Dubuque, IA,
Wm, C.Brown. Seifert l.K. & Hafftong, J. R. (1991). Child & Adolescent Development, Second Edition. Boston : Houghton Mifflin Co.
Spodek, Bernard. (1993). Handbook of Research on the Education of Young
Children. New York : MacMillan Publishing Company.
Sukmadinata, Nana S. (1995). Psikologi Pendidikan. Bandung.
Vasta R & Haith, M.M & Miller, S. A. (1992). Child Psychology The Modern Science. Canada : John Wiley & Sons, Inc.
Sumber http://makalahtugasmu.blogspot.com


EmoticonEmoticon