Efektivitas Komunikasi Interpersonal : Komunikasi Interpersonal yang efektif ialah penting bagi anggota organisasi. Pimpinan dan karyawan diharapkan sanggup membawa hasil pertukaran informasi dan saling pengertian ( mutual understanding ). Pimpinan harus sanggup memfasilitasi komunikasi interpersonal yang efektif. Komunikasi Interpersonal yang efektif ialah adanya komitmen informasi serta kualitas korelasi yang dibangun. Dalam lingkup organisasi diharapkan komunikasi interpersonal yang efektif antara pimpinan dan karyawan. Kedua belah pihak perlu membangun korelasi yang lebih baik, alasannya ialah ketepatan penyampaian informasi ditentukan oleh pengertian, imbas sikap, korelasi yang makin baik serta tindakan.
Mengacu pada konsep De Vito perihal Komunikasi Interpersonal yang efktif dari sudut pandang Humanistik. Dalam pandangan ini untuk menghasilkan komunikasi yang efektif diharapkan adanya keterbukaan, sikap empati, sikap mendukung, sikap nyata serta kesetaraan dari pihak – pihak yang berkomunikasi.
Efektivitas komunikasi interpersonal dalam pandangan Humanistic berdasarkan De Vito, mengandung unsur – unsur.
a. Keterbukaan :
Sikap terbuka (open – mindedness) sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Pimpinan organisasi seyogyanya sanggup memfasilitasi kondisi munculnya keterbukaan. Kondisi keterbukaan sanggup diwujudkan bila pimpinan maupun karyawan sanggup berinteraksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Terjadi komunikasi secara tatap muka antara pimpinan dan karyawan. Komunikasi tatap muka penting alasannya ialah pimpinan sanggup mengetahui balasan dari karyawan secara langsung. Komunikasi tatap muka penting untuk mengubah sikap, pendapat dan sikap seseorang. Pimpinan perlu bersikap tanggap terhadap apa yang disampaikan karyawan biar komunikasi sanggup berhasil. Perlu diciptakan suasana dialogis. Keterbukaan mengisyaratkan pimpinan bersedia mendapatkan kritik – kritik dan saran yang disampaikan karyawan. Dengan sikap bersdia mendapatkan kritik dan saran, berarti pimpinan sanggup mengakui perasaan dan pikiran yang dilontarkan oleh individu, dalam hal ini karyawan. Pimpinan juga bersdia mengembangkan informasi gres yang menyangkut acara – acara organisasi.
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidak berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Harus ada kesediaan membuka diri- mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.Aspek keterbukaan yang kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stiulus yang datang. Aspek ketiga menyangkut ”kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini ialah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan ialah milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya.
b. Empati
Komunikasi interpersonal yang efektif perlu didukung oleh sikap tenggang rasa dari pihak – pihak yang berkomunikasi. Dalam komunikasi antara pimpinan dan karyawan perlu ditumbuhkan sikap empati. Kondisi tenggang rasa sanggup terwujud bila pimpinan bersedia memperlihatkan perhatian kepada karyawan dan sanggup mengetahui apa yang sedang dialami karyawan berkaitan dengan pekerjaannya. Pimpinan sanggup mengenal karyawan, baik keinginan, kemampuan dan pengalamannya sehingga pimpinan sanggup mengetahui apa yang dirasakan olh karyawan tersebut. Selain itu pimpinan sanggup menghindari evaluasi, kritik atau menilai karyawan berdasarkan pandangan dan pendapatya sendiri serta sanggup menuntaskan konflik – konflik secara damai.
Empati merupakan” kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu dikala tertentu, dari sudut pandang orang lain melalui beling mata orang lain. Berempati ialah mencicipi sesuatu sesuatu menyerupai orang yang mengalaminya. (De Vito;1997;260). Empati dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita (Freud;1921). Orang yang empatik bisa memahami motivasi dan pengalaman orang lai, perasaan dan sikap mereka serta impian dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Empati yang akurat melibatkan kepekaan baik kepekaan terhadap perasaan yang ada maupun kemudahan lisan untuk mengkomunikasikan pengertian ini.
3. Sikap Mendukung ( Supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif ialah korelasi dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak sanggup berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Sikap suportif merupakan sikap yang mengurangi sikap defensif. Sikap ini muncul bila individu tidak sanggup menerima, tidak jujur dan tidak empatik. Sikap defensif mengakibatkan komunikasi interpersonal menjadi tidak efektif, alasannya ialah orang yang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari bahaya yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi daripada memahami komunikasi. Komunikasi defensif sanggup terjadi alasannya ialah faktor – faktor personal ( ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah ) atau faktor – faktor situasional yang berupa sikap komunikasi orang lain.
Dalam komunikasi interpersonal antara pimpinan dan karyawan, sikap mendukung berperan dalam menumbuhkan motivasi dan kegairahan kerja karyawan. Sikap mendukung sanggup terwujud dalam organisasi, bila pimpinan bersedia menghargai pandangan gres – pandangan gres atau pendapat karyawan dan memperlihatkan perhatian yang sungguh – sungguh ketika berkomunikasi dengan karyawan. Sikap mendukung sanggup diperlihatkan bersikap deskriptif bukan evaluatif
4. Sikap Positif
Sikap nyata mengacu pada sedikitnya dua aspek komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jikalau orang mempunyai sikap nyata terhadap diri mereka sendiri. Orang yang merasa nyata terhadap diri sendiri mengisyaratkan perasaan tersebut kepada orang lain dan merefleksikannya. Kedua, perasaan nyata untuk situasi kmunikasi sangat penting untuk interaksi yang efektif.
Sikap nyata sanggup dijelaskan lebih jauh dengan istilah strokong ( dorongan). Dorongan merupakan istilah yang berasal dari kosakata umum yang dipandang penting dalam analisis transaksional dan interaksi antara manusia. Dorongan nyata sanggup berbentuk kebanggaan atau penghargaan. Dorongan nyata akan mendukung gambaran pribadi dan menciptakan merasa lebih baik.
Sikap nyata dalam menunjang komunikasi interpersonal yang efektif antara pimnpinan dan karyawan sanggup terwujud bila pimpinan sanggup berpandangan nyata terhadap dirinya sendiri. Pimpinan sanggup memperlihatkan perasaan bahagia ketika berkomunikasi dengan karyawan dan sanggup memperlihatkan penghargaan atas pekerjaan yang dilakukan karyawan.
5. Kesetaraan ( Equality)
Kesetaraan ialah suatu keinginan yang secara eksplisit diungkapkan untuk bekerja sama memecahkan kasus tertentu. Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara dimana adanya ratifikasi secara membisu – membisu bahwa kedua belah sama – sama bernilai, berharga. Masing – masing mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kestaraan juga menyiratkan adanya sikap memperlakukan orang lain secara demokratis dan horizontal. Dengan adanya persamaan pihak – pihak yang terlibat dalam komunikasi, maka mereka sanggup saling menghargai dan menghormati perbedaan pandangan.
Kesetaraan sanggup terwujud bila disukung oleh adanya kerjasama antara pimpinan dan karyawan dalam memecahkan duduk kasus – duduk kasus yang terjadi dalam pekerjaan mereka. Pimpinan bersedia meminta balasan atau saran dari karyawan dan menyedari bahwa mereka sama – sama berharga dan bernilai.
Sumber http://belajarilmukomputerdaninternet.blogspot.com
EmoticonEmoticon