Selasa, 13 Maret 2018

Sebel - Sebel Juga Cinta, Tuh! Part 10




Maaf juga jikalau yang ini membosankan dan mengecewakan. Selamat membaca :)


 Sebel - Sebel juga Cinta, Tuh! Part 10


Gadis itu berlari tergesa-gesa sesekali melihat ke belakang. Untung saja agresi belari sekaligus curi-curi pandang tersebut tidak mengakibatkan kecelakan menyerupai kejedot pintu, nyungsep, kejedot tembok, ataupun melayang sejenak alias tersandung yang ujung-ujungnya berakhir dengan nyium lantai. Itukan nggak lucu!!! Malah mengenaskan.

“Mesti cepat. Mesti cepat,” gumam gadis itu. Dia harus berhasil kabur. Sumpah. Kejadian hari ini benar-benar memalukan binti menyebalkan bin nyeblin tingkat angstrom. Padahal, planning itu sudah sedemikian rupa disusun tetapi masih saja mengalami kegagalan.

“Dasar planning php,” gerutu Ify, gadis yang berlari-lari tadi. “Masa sih planning sanggup php-in gue. Isshh!!!!”

Bagaimana Ify menentukan menyampaikan planning yang telah disusunnya itu php?? Ify sanggup saja menyampaikan planning itu gagal maning, tetapi ia lebih menentukan menyampaikan ‘rencana php’. Karena, itu planning awalnya menawarkan impian besar jikalau dirinya akan berhasil. Bagaimana dengan Dea yang mendapatkan ikut kepanitian bakti social. Bagaimana Dea yang ternyata menyukai Rio. Bagaimana Rio yang merespon Dea. Dan bagaimana lainnya yang menjurus pada keberhasilan. Ingat!!! Keberhasilan. Tetapi sangat disayangan planning itu seketika gagal ketika ia bertemu si kutu kumpret pencampuran genderuwo sok keren padahal buruk a.k.a Rio. Orang itu bisa-bisanya menyampaikan kepada seluruh orang di lapangan jikalau mereka akan jadian. Baru AKAN tapikan itu menyebalkan. Sama saja itu menghina Ify dan menghina Ify termasuk kejahatan kelas kakap, bukan ikan kakap!!!!

Ify terus belari tanpa peduli orang-orang yang menatap dirinya. Ia tidak peduli yang terperinci ia harus kabur dari Rio. Harus!!!! Lebel kelas Ify sudah terlihat dan gadis itu mulai semakin meningkatkan kecepatan larinya.

Cklekkk… Ify membuka pintu kelasnya dan tentu saja tindakannya itu mengundang perhatian sobat –temannya yang ada di kelas. “Kalo Rio nanyain gue, bilang gue nggak ada ya, please!!!” pinta Ify sambil berlari menuju pojokan kelas. Lalu gadis itu terduduk di sana dengan napas terengah-engah.

*******

Rio masih tertawa-tawa mengingat bencana tadi. Pemuda itu benar-benar menyerupai menemukan hiburan yang sangat asyik khusus untuk dirinya. Rio sendiri tidak peduli dengan tatapan heran orang-orang yang dilaluinya. Bahkan harusnya orang-orang itu bersikap masuk akal saja sebab ini yaitu bencana biasa bukan?? Kejadian biasa yang sering menjadi hiburan di sekolah ini dengan actor dan aktris papan atas berjulukan Mario Stevano Aditya Haling dan Alyssa Saufika Umari.

“Ify… Ify… lo nggak capek ya teriak-teriak tiap hari?? Berlari mulu tiap hari. Bahkan marah-marah mulu,” ujar Rio kemudian terkekeh pelan. Jika diingat-ingat, hampir setiap hari Ify marah-marah, teriak-teriak, dan ngomel-ngomel kepada Rio. Iya juga sih kenapa sanggup gadis itu tidak lelah???

Rio menggeleng-gelengkan kepalanya dan tidak sengaja mendapati Ify yang menoleh ke belakang sebanyak tiga. Rio ingin tau apa yang dilihat Ify sehingga ia menoleh ke belakang dan tidak menemukan apapun. tak berapa usang kemudian seulas senyum jahil tercetak di wajah tampannya.

“Kita mulai permainan gres My Honey,” batin Rio dan berlari menyusul Ify.

Rio sengaja tidak meningkatkan kecepatan larinya. Kalau Ify eksklusif tertangkap bukankah itu tidak asyik?? Jadi, bila jarak Rio dengan Ify semakin akrab maka Rio mengurangi kecepatan larinya dan juga sebaliknya, bila Ify semakin tak terlihat Rio segera mengejar gadis yang disukainya?? Gadis?? Sukai?? Apa iya Rio benar-benar menyukai Ify??? Yang niscaya benar yaitu Rio sering menjahili Ify dan itu tidak perlu diragukan lagi.

Rio melihat Ify menuju kelas mereka, XI IPA 3. Dengan semangat yang menggebu-gebu, Rio segera berlari cepat menuju kelas. Ia tidak sabar melihat reaksi Ify kali ini. Saat datang di kelas, Rio eksklusif mendapatkan sambutan dari teman-temannya berupa “Yo, kata Ify kalo ada lo jangan bilang ada di kelas.”

Langsung saja senyum miring bin sinting menjadi sinting miring ala Rio tercetak di wajah tampannya. Rio tahu Ify ada di kelas ini. Toh dari tadi si Daud juga udah nyengir-nyengir ala kuda mau ngelahirin sambil nunjuk-nunjuk pojok kelas.

Rio berjalan mengendap-ngendap. Ia sudah sanggup melihat sosok Ify yang membelakanginya.

Tap…tap…tap… langkah kaki Rio terdengar. “BEH…….”

Bola mata Rio eksklusif membola ketika ia mendapati tubuh Ify yang terkulai lemas. Refleks Rio memanjangkan langkahnya dan hap… beliau eksklusif menangkap Ify.

“Fy… bangun, Fy. Ify behel titisan nenek lampir binti nenek sihir bin kuntil anak,” panggil Rio. Namun Ify tak bergeming. Wajah Ify yang hampir selalu memperlihatkan lisan ‘cuih untuk lemah’ dikala ini berekspresi sebaliknya. Tampak pucat. Mata Ify juga terpejam.

“Alyssa Saufika Umari bangun. Ify insan sinis. Ify cacar berbintik. Ify yang senang betulan sama Rio. Ify berdiri atau elo gue cium,” ujar Rio. Namun, yang dilakukan Rio tidak mengakibatkan respon apapun dari Ify. Rasa paniknya mulai muncul. Biasanya Ify akan eksklusif berasap-asap apabila seorang Mario Stevano  mengejeknya. Tapi kini????

“CCCCCCIIIIIEEEEEEEE RIIIIIIOOOOOOOO….. UDAHHHHHH MMAUUU CUP…CUP… AJA SAMA IFY!!!” teriak Daud yang mendengar ucapan Rio. Teriakan Daud mengundang perhatian teman-teman kelas Rio.

“Mana… mana…. Rio  mau cium Ify?”

“Mesum  banget lo, Yo!!!!”

“Sekolah woy!!!!!”

Semua usikan dari teman-temannya Rio acuhkan. Jika dalam keadaan biasa maka Rio akan membalas olakan itu dengan olokan  juga yang pastinya menciptakan teman-temannya tertawa dan Ify cemberut tingkat dewa.

“Fy… Fy… bangun, Fy!!!” seru Rio dan mengguncang Ify.

Teman-teman yang mengolok-ngolok Rio tadi seketika berhenti. Heran sebab Rio tidak membalas dan mendengar perkataan Rio yang meminta Ify bangun.

“Huuaaa…..!!!!!!” jerit Rahmi tertahan. Wajah gadis berjilbab itu kaget sekeligus ketakutan. “itu Ify pingsan, Yo. Lo bawa ke UKS cepet!!!!!” 

Rio tersentak dan dengan gerakan yang cepat ia menggendong Ify menuju UKS.

**********  

Cemberut!!! Agni cemberut bukan main. Ify ke mana sih?? Masa Ify tega banget ninggalin beliau di antara Via dan Shilla yang lagi di mabuk cinta. Sejak Ify menghapuskan maklumatnya perihal ketidakbolehan mereka berpacaran dengan anggota The Viper, Shilla dan Via selalu berbunga-bunga. Mereka berdua asyik membicarakan Alvin dan Gabriel, sedangkan Agni sendiri?? Dia sempat keki dikala Ify menghapuskan maklumat tersebut. Padahal, beliau yaitu orang yang paling mendukung akan isi maklumat itu. Agni males banget dideketin sama Cakka si Cicak bin Kaca Merusak Pemandangan. Agni benar-benar heran melihat pemuda itu. Ganteng nggak! Gendut iya! Playboy lagi!! Sorry... sorry... banget didekatin pemuda macem itu. Ihiyy... Agni bergidik.

Dunia Agni yang awalnya baik-baik saja, mendadak berubah ketika Cakka menyampaikan bahwa ia tertarik dengan Agni. What the hell banget kan??? Sejak itu juga Cakka selalu mendekatinya, namun Agni selalu galak terhadap Cakka. Bodo amat!!!!

“Vi... gue nggak sabar lagi jadian sama Alvin. Huaaaa... kapan Alvin nembak gue ya, Vi?” tanya Shilla. Kedua tangannya saling bertaut dan matanya terpejam. Pasti Shilla membayangkan adegan romantis ketika Alvin menembaknya.

“Pasti gue duluan yang ditembak Gabriel gres elo ditembak Alvin, Shill. Secara Gabriel pernah nembak gue, tapi gue tolak,” jawab Via dengan wajah tak kalah berbinar-binar.

Bola mata Shilla eksklusif melotot dengan ukuran maksimum. “Elo ditembak Gabriel?? Kapan, Vi?? Kok elo tolak sih???” tanya Shilla bertubi-tubi. “Ag... Ag... Via nolak Gabriel. Kok sanggup ya?” Shilla bertanya kepada Agni yang duduk di sebelahnya. Ia tidak menyadari jikalau Agni sama sekali tidak tertarik dengan topik ini. Agni yang sudah lesu semakin lesu lagi. Ify di mana sih?? Rutuk Agni.

“Haduh...Shill, biasa aja kali. Udah tidak mengecewakan usang juga Gabriel nembak gue. Jelas gue tolaklah waktu itu, kan kita udah kesepakatan sama Ify. Kitakan sahabat, masa demi pacaran gue ngobohongin Ify. Nggak banget deh!!!!” jawab Via dan terakhir gadis itu bergidik.

“Tapikan Vi...,” protes Shilla.

Via hanya menggelengkan kepala. Ia tidak ingin mendengarkan protes Shilla. Lagian bencana Gabriel menembak dirinya itu sudah usang dan kini Via akan menunggu Gabriel yang ‘sebentar lagi’ akan kembali meminta ia menjadi kekasih.

“Ya udah deh... tapi... KOK ELO YANG BISA DITEMBAK GABRIEL DULUAN SIH, VI....!!!!” Shilla bertanya dengan bunyi toanya. Untung saja kantin tidak terlalu ramai, tapi bagaimanapun, mau kantin ramai atau nggak, kurang berilmu amat bagi Shilla. Dia yang teriak kok yang lain sibuk.

“Memang kalo Via duluan ditembak Gabriel, elo kenapa, Shill?” kali ini Agni bertanya. Dia benar-benar sudah males berujung kesal kepada kedua sohibnya.

Shilla eksklusif berdiri dari posisi duduknya. “Secara gue yang paling anggun di antara kita berempat. Harusnya Alvin duluan dong yang nembak gue. Baru boleh Via ditembak Gabriel. Urutan di antara kita ditembak pemuda duluan itu ya, pertama gue, kedua Via. Ketiga atau keempat terserah elo atau Ify. Secara kecantikan kalian sama, di bawah Via. Gue di atas Via. Gitu!!!” jawab Shilla tidak nyambung dan menciptakan Agni dan Via kompak misuh-misuh. Yang nggak nahan itu, gaya Shilla yang mengibaskan rambut dan menampilkan senyumnya. Stress!!!!

“Yeee... elo... ngerasa anggun sendiri aja,” cetus Via dan menciptakan Shilla cengar-cengir doang.

“Ify mana ya?” tanya Agni lebih pada dirinya sendiri.

“Ify?? Oh iya Ify. Gue hampir lupa di mana Ify. Ya ampun. Ify di mana?” seru Via histeris. Ia beralih pada Agni. “Mana Ify, Ag?” kali ini beralih lagi pada Shilla. “Mana Ify, Shill, mana... mana?” tanya Via pada Shilla sambi menarik-narik rambut panjang Shilla seolah hal tersebut sanggup menciptakan Ify muncul.

“Apaan sih, Vi, sakit tau!!!” rutuk Shilla kesal.

“Gue nanya Ify juga di mana?”

“Tapi nggak perlu narik-narik rambut gue dong!!!” Shilla nyolot.

“Lo berdua ribut aja, mending kita cari Ify,” ujar Agni dan meninggalkan kursi kantin kemudian disusul oleh Via dan Shilla yang masih bercekcok.

********

Rio duduk di salah satu kursi yang tersedia di UKS tersebut. Kepalanya menunduk dan kedua tangannya bergerak tak nyaman. Tadi, ketika ia datang di UKS ini dengan Ify yang ada di gendongannya, dokter Mira eksklusif menyambutnya. Dan sekarang, Rio duduk menunggu hasil investigasi Ify.

“Alyssa baik-baik saja. Dia hanya kelelahan,” ujar dokter Mira yang sudah berdiri di pintu ruang istirahat.

Kepala Rio eksklusif terangkat. “Boleh saya melihatnya?” Tanya Rio sopan.

Dokter Mira mengangguk. “Ya. Sekalian tolong jaga UKS. Saya ada keperluan di ruang guru,” jawab Dokter Mira dan berjalan keluar UKS.

Setelah Dokter Mira pergi, Rio masuk ke ruang istirahat. Ketika gres memasuki ruangan tersebut, Rio sanggup melihat Ify yang sedang tidur di kasur nomor tiga dari pintu. Dengan cepat, Rio duduk di kursi yang tersedia di sebelah ranjang Ify.

Rio menatap wajah tidur Ify. Ekspresi wajah Ify polos dan letih tampak menjadi satu. Berbeda dari biasanya yang selalu memperlihatkan lisan marah, kesal, jengkel, cemberut, dan benci kepada dirinya. Diraihnya tangan Ify kemudian digenggamnya.

“Bodoh saya ya, Fy? Masa tidak menyadari jikalau kau pingsan,” ujar Rio dan terkekeh garing. “Akhirnya tiba, Fy, waktunya saya berhenti buat gangguin kamu.” Ditatapnya wajah Ify dengan saksama. Bola mata yang selalu memancarkan kebencian kepada dirinya. Bola mata yang selalu melotot kesal kepadanya. Bibir mungil nan tipis yang sering mengeluarkan sumpah serapah untuk dirinya, teriakan kejengkelan, dan gumaman kebencian. Dan ya satu lagi soal mata, bola mata itu pernah menangis sebab dirinya. Rio menghela napas. “Nanti, dikala kita nggak berantem lagi kayak dulu. Aku harap, kau akan bahagia, Fy. Nggak marah-marah lagi.” Rio menghela napas. Ditatapnya Ify serius. Dipandangnya usang gadis yang ada dihadapannya itu. Lalu, Rio tersenyum getir. “Dan kamu, Fy, silakan mengejar cintamu. Aku bukannya nggak tahu, Fy, kau suka sama Debo. Maafin aku,” tambah Rio. Ia mengusap ubun-ubun Ify dan kemudian melepaskan genggamannya. “Karena kau akan mengejar Debo, maka saya mengejar Dea saja dari pada sendiri. Ide yang baguskan??”


Bersambung ke Part 11

Sumber http://sagita-shelly.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)