Selasa, 24 April 2018

Bronkopneumonia

PENDAHULUAN                           

1.1 LATAR BELAKANG

Anak merupakan hal yang paling penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturunan , anak pada jadinya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh lantaran itu, tidak satupun orang bau tanah yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami bronchopneumonia.
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di anak-anak 3 tahun dengan resiko kematian yang tinggi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan, sedangkan di Amerika pneumonia memperlihatkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di anak-anak 2 tahun (1).Infeksi kanal napas bawah masih tetap merupakan duduk masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi jawaban penyakit infeksi di dunia ialah infeksi kanal napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi kanal napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Penggunaan antibiotik, menciptakan penyakit ini bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi bronchopneumonia dan influenza kembali merajalela dan menjadi penyebab kematian ketujuh di negara itu.

Bronchopneumonia adalah  infeksi yang mengakibatkan paru-paru  meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen menciptakan sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara- gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita bronchopneumonia bisa meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa majemuk dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, banyak sekali senyawa kimia maupun partikel.
1.2TUJUAN
         ·            Tujuan umum :
1.      Siswi murid dapat memahami konsep asuhan keperawatan pada klienbronkopneumoni
2.      Siswi murid dapat menambah wawasan gres mengenai penyakitbronkopneumoni
         ·            Tujuan khusus :
1.      makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat evaluasi mata pelajaran “memahami dasar-dasar penyakit umum dimasyarakat”
2.      makalah ini mampu  menjelaskan wacana definisi, etiologi, anatomi fisiologi,Pathofisiologi, tanda dan gejala, klasifikasi, manifestasi klinis, investigasi penunjang, penatalaksanaan medik, penatalaksanaan keperawatan, pencegahan dan komplikasi bronkopneumoni
3.      makalah ini mampu  menjelaskan asuhan keperawatan pada klienbronkopneumoni
4.      makalah ini dapat menambah wawasan gres mengenai angka insiden penyakit bronkopneumoni


1.3 SASARAN
Siswi murid SMK KES GAPURA MERAH PUTIH kelas XI

1.4 METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan  makalah  ini adalah:
a. Memperoleh data dengan memakai rujukan yang ada kaitannya dengan duduk masalah yang diangkat penulis.
b. Memperoleh data melalui internet.













TINJAUAN PUSTAKA

2.1  DEFINISI
Bronchopneumonia adalah  radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru (Brunner dan Suddarth, 2001).

Bronchopneumonia ialah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).
Bronchopneumina ialah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993).

Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda abnormal (Sylvia Anderson, 1994).

Dari beberapa penngertian tersebut sanggup disimpulkan,Bronkopneumonia ialah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur dan benda asing

2.2 ETIOLOGI
Pada umumnya tubuh terjangkit Bronchopneumonia lantaran disebabkan oleh penurunan prosedur pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.Penyebab Bronchopneumonia yang biasa ditemukan adalah:
1. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis.
2. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
3. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.
4. Faktor lain yang mensugesti timbulnya Bronchopnemonia adalah
a) Faktor predisposisi
-usia /umur
-genetik
b) Faktor pencetus
-gizi buruk/kurang
-berat tubuh lahir rendah (BBLR)
-tidak mendapat ASI yang memadai
-imunisasi yang tidak lengkap
-polusi udara
-kepadatan tempat tinggal

2.3 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) semenjak 1986 hingga kurun 2000 an hampir 80 hingga 90 persen kematian balita jawaban serangan ISPA dan pnemonia.4
Angka insiden tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh Pneumococcus, ditemukan pada orang pandai balig cukup akal dan anak besar, sedangkan Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi.
Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang sekitar 1% penduduk amerika. Meskipun telah ada kemajuan dalam bidang antibiotik, pneumonia tetap sebagai penyebab terbanyak dari kematian di Amerika.

2.4 ANATOMI FISIOLOGI
a. Anatomi
Sistem pernapasan terdiri atas :
• Hidung
Merupakan kanal udara yang pertama, berfungsi mengalirkan udara ke dan dari paru-paru. Jalan napas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirupkan ke dalam paru-paru.
• Faring atau tenggorokan
Struktur ibarat tuba yang menghubungkan hidung dan rongga lisan ke laring.faring dibagi menjadi tiga region : nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
• Laring atau pangkal tenggorokan
Struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring ialah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi,melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda abnormal dan memudahkan batuk. Laring sering juga disebut sebagai kotak suara. Dan terdiri atas : epiglotis , glotis, kartilago tiroid, kartilago krikoid,kartilaago aritenoid dan pita suara.
• Trakea atau batang tenggorokan
Merupakan lanjutan dari laring yang dibuat oleh 16-20 cincin yang dari tulang-tulang rawan.
• Bronkus atau cabang tenggorokan
Merupakan lanjutan dari trakea terdiri dari bronkus kiri dan kanan.
• Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 potongan yaitu : paru-paru kanan dan kiri, dimana paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus.

b. Fisiologi
Proses pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Proses ini terdiri dari 3 tahap yaitu :
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Ada dua gerakan pernapasan yang terjadi sewaktu pernapasan, yaitu ide dan ekspirasi. Inspirasi atau menarik napas ialah proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas hingga ke bawah, yaitu vertikal. Penaikan iga-iga dan sternum meluaskan rongga dada ke kedua sisi dan dari depan ke belakang. Pada ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot dan lantaran paru-paru kempis kembali, disebabkan sifat elastik paru-paru itu. Gerakan-gerakan ini ialah proses pasif. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, adanya kemampuan thoraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi, refleks batuk dan muntah.
b. Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi, dan perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
c. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), eritrosit dan Hb.
Secara anatomis, system respirasi dibagi menjadi dua yaitu kanal pernafasan dan parenkim paru. Saluran pernafasan dimulai dari organ hidung, mulut, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Didalam rongga toraks bronkus bercabang menjadi dua yaitu : kanan dan kiri. Bronkus kemudian bercabang menjadi bronkiolus, bagi parenkim paru berupa kantong-kantong yang melekat diujung bronkiolus yang disebut alveoli ( bila banyak ).

          2.5 PATOFISIOLOGI

 Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke kanal pernafasan sehingga terjadi peradangan  broncus dan alveolus dan jaringan sekitarnya. . Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Setelah itu mikroorganisme datang di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
A. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada tempat gres yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi jawaban pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast sehabis pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut meliputi histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini menjadikan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling kuat dan sering menjadikan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
B. Stadium II/hepatisasi (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai potongan dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh lantaran adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan ibarat hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
C. Stadium III/hepatisasi kelabu (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi tempat paru yang terinfeksi. Pada ketika ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh tempat yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat lantaran berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
D. Stadium IV/resolusi (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual.
Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi ialah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.Kolaps alveoli akan menjadikan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa mengakibatkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema ( tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru ) ialah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis menjadikan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan menjadikan terjadinya gagal napas.
2.6 MENISFESTASI KLINIK
• Biasanya didahului infeksi traktus respiratoris atas
• Demam (390 – 400C) adakala disertai kejang lantaran demam yang tinggi
• Anak sangat gelisah,dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang dicetuskan oleh bernapas dan batuk
• Pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut.
• Kadang-kadang disertai muntah dan diare
• Adanya bunyi tambahan pernapasan ibarat ronchi, whezing.
• Rasa lelah jawaban reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
• Ventilasi mungkin berkurang jawaban penimbunan mokus yang mengakibatkan atelektasis absorbsi.

          2.7 KLASIFIKASI
Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan tiga pembagian terstruktur mengenai pneumonia.
  1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
    1. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
    2. Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).
    3. Pneumonia aspirasi.
    4. Pneumonia pada penderita immunocompromised.
  2. Berdasarkan kuman penyebab:
    1. Pneumonia bakteri/tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa kuman mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, contohnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia.
    2. Pneumonia virus.
    3. Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).

  1. Berdasarkan predileksi infeksi:
    1. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
    2. Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada banyak sekali tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau kuman dan sering terjadi pada bayi atau orang tua.
    3. Pneumonia interstisial.
                       
2.8 GAMBARAN KLINIS
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi kanal nafas potongan atas selama beberapa hari. Suhu sanggup naik secara mendadak hingga 39–40°C dan mungkin disertai kejang lantaran demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk sehabis beberapa hari, dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
Pada  bronkopneumonia, hasil investigasi fisik tergantung pada luasnya tempat yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki berair gelembung halus hingga sedang.
Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar bunyi yang meredup dan bunyi pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki sanggup terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan sanggup terjadi antara 2-3 minggu.
2.9 TANDA DAN GEJALA

1.        Kesulitan dan sakit pada ketika pernafasan
a.         Nyeri pleuritik
b.        Nafas dangkal dan mendengkur
c.         Takipnea
2.        Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a.         Mengecil, kemudian menjadi hilang
b.        Krekels, ronki,
3.        Gerakan dada tidak simetris
4.        Menggigil dan demam 38,8 ° C hingga 41,1°C, delirium
5.        Diafoesis
6.        Anoreksia
7.        Malaise
8.        Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian menjelma kemerahan
         atau berkarat
9.        Gelisah
10.    Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
11.    Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati


2.10 PEMERIKSAAN DIAGNOSIS

Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan pada bronkopneumonia untuk menegakkan diagnosis diantaranya yaitu :
  1. Rontgen Dada : Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi distribusi struktural; sanggup juga menyatakan bisul luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jikalau pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
  2. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi sanggup menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan lantaran sukar.
  3. Pemeriksaan fungsi paru. Pada investigasi ini akan didapatkan volume paru mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain paru menurun, terjadi hipoksemia.
  4. Analisa Gas Darah. Pada investigasi darah ini biasanya akan didapatkan hasil yang tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
  5. Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi satu atau beberapa lobus yang berbercak-bercak infiltrate
  6. Pemeriksaan laboratorium didapati lekositosit antara 15000 hingga 40000 /mm3.
  7. Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien mengalami imunodefiensi.
  8. Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status kardiopulmoner yang bekerjasama dengan oksigen.
  9.  Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, untuk mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok untuk menanganinya.
2.11 DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan menurut riwayat penyakit dan investigasi fisik yang sesuai dengan tanda-tanda dan tanda yang diuraikan sebelumnya disertai investigasi penunjang. Pada bronkopneumonia, bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau beberapa lobus. Foto rontgen sanggup juga memperlihatkan adanya komplikasi ibarat pleuritis, atelektasis, bisul paru, pneumotoraks atau perikarditis. Gambaran ke arah sel polimorfonuklear juga sanggup dijumpai.
Diagnosis etiologi dibuat menurut investigasi mikrobiologi serologi, lantaran investigasi mikrobiologi tidak gampang dilakukan dan bila sanggup dilakukan kuman penyebab tidak selalu sanggup ditemukan. Oleh lantaran itu WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata laksana yang lebih sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut pneumonia dibedakan menurut :
  • Pneumonia sangat berat :
→ bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
  • Pneumonia berat :
→ bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
  • Pneumonia :
→ bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :
-         > 60 x/menit pada anak usia < 2 bulan
-         > 50 x/menit pada anak usia 2 bulan – 1 tahun
-         > 40 x/menit pada anak usia 1 – 5 tahun
  • Bukan Pneumonia :
→ hanya batuk tanpa adanya tanda dan tanda-tanda ibarat diatas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika.

2.12 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
  1. Gambaran darah memperlihatkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000 / mm3dengan pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat bekerjasama dengan infeksi virus atau mycoplasma.
  2. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.
  3. Peningkatan LED.
  4. Kultur  dahak sanggup positif pada 20 – 50 % penderita yang tidak diobati. Selain kultur dahak, biakan juga sanggup diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat swab).
  5. Analisa gas darah (AGDA) memperlihatkan hipoksemia dan hiperkarbia. Pada stadium lanjut sanggup terjadi asidosis meyabolik.


2.13  PEMERIKSAAN RONTGEN
Pemeriksaan ini sanggup menunjukan kelainan sebelum hal ini sanggup ditemukan secara investigasi fisik. Pada bronkopneumoni bercak-bercak infiltrat didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent sanggup juga memperlihatkan adanya komplikasi ibarat pleuritis, bisul paru, perikarditis dll

2.14 PENATALAKSANAAN
Sebaiknya pengobatan diberikan menurut etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak sanggup selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifragmasi ibarat p3enisilin diambah dengan kloramfenikol atau diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas ibarat ampicillin. Pengobatan diteruskan hingga anak bebas demam selama 4 – 5 hari.
Pengobatan dan penatalaksaannya meliputi
  • Bed rest
  • Anak dengan sesak nafas memerlukan cairan inta vena dan oksigen (1 – 2 l/mnt). Jenis cairan yang digunakan ialah adonan Glukosa 5% dan NaCl 0,9% ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml botol infus.
  • Jumlah cairan diubahsuaikan dengan berat tubuh dan kenaikan suhu.
  • Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
  • Pemberian antibiotik sesuai biakan atau berikan :
  • Untuk masalah pneumonia community base :
-         Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
-         Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
  • Untuk masalah pneumonia hospital base :
-         Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
-         Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
  • Antipiretik : paracetamol 10-15 mg/kgBB/x beri
  • Mukolitik : Ambroxol 1,2-1,6 mg/kgBB/2 dosis/oral
  • Jika sesak tidak terlalu hebat, sanggup dimulai masakan enteral sedikit demi sedikit melalui selang nasogastrik dengan feeding drip. Jika sesaknya berat maka pasien harus dipuasakan.


Tabel pemilihan antibiotika menurut etiologi
Mikroorganisme

Streptokokus dan StafilokokusM. Pneumonia
H. Influenza
Klebsiella dan P. Aeruginosa
Penicilin G 50.000-100.000 unit/hari IV atauPenicilin Prokain 6.000.000 unit/hari IM atau
Ampicilin 100-200 mg/kgBB/hari atau
Ceftriakson 75-200 mg/kgBB/hari
Eritromisin 15 mg/kgBB/hari
Kloramfenikol 50-100 mg/kgBB/hari
Sefalosporin

2.15 PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
  1. Kemoterapi. Pemberian kemoterapi harus menurut pentunjuk inovasi kuman penyebab infeksi (hasil kultur spatum dan tes sensitivitas kuman terhadap antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat diberikan secara parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal jawaban proses penuaan, maka harus diingat kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu pembiasaan takaran (Harasawa, 1989).
  2. Pengobatan dan Perawatan Umum.

2.16 PENATALAKSANAAN
A. Farmakologi
v Pemberian antibiotik contohnya p3enisilin G, streptomisin, ampicillin, gentamisin.v Pemilihan jenis antibiotik didasarkan atas umur, keadaan umum penderita, dan dugaan kuman penyebab:
1. Umur 3 bulan-5 tahun,bila toksis disebabkan oleh streptokokus pneumonia, Hemofilus influenza atau stafilokokus.Pada umumnya tidak diketahui penyebabnya, maka secara simpel digunakan :
Kombinasi : p3enisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24 jam IM, 1-2 kali sehari dan Kloramfenikol 50-100 mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari. Atau kombinasi Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari atau kombinasi Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral 4 kali sehari dan Kloramfenikol (dosis sama dengan diatas).
2. Anak –anak < 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus pneumonia: o Penisilin prokain IM atau o Fenoksimetilp3enisilin 25.000-50.000 KI/24 jam oral, 4 kali sehari o Eritromisin atau o Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari. o Oksigen 1-2 L/menit. 
v IVFD dekstrose 5 % ½ NaCl 0,225% 350cc / 24 jam vASI/PASI 8 x 20cc per sonde B. Non farmakologi 1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah. 2. Simptomatik terhadap batuk. 3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif 4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator. 5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk masalah berat. Antibiotik yang paling baik ialah antibiotik yang sesuai dengan penyebabnya. I. PENCEGAHAN Penyakit bronkopneumonia sanggup dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang sanggup mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang sanggup dilakukan ialah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kita terhadap banyak sekali penyakit kanal nafas ibarat : cara hidup sehat, makan masakan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin berolahraga, dll. Melakukan vaksinasi juga diharapkan sanggup mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain: 1. Vaksinasi Pneumokokus 2. Vaksinasi H. Influenza 3. Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah 4. Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit. II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN A. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan DS : polusi udara, lingkungan berdebu,adanya anggota keluarga yang pernah menderita bronchopneumonia,tidak mendapat vaksinasi /imunisasi yang lengkap,tidak mendapaat ASI yang memadai,lingkungan yang padat penduduk. DO : demam, menggigil, berkeringat,sesak napas,batuk,jenis kelamin, gangguan sistem imun : SLE, AIDS, Penggunaan steroid atau kemoterapi, secara umum dikuasai pada usia > 3 tahun, rumah berdebu.
B. Pola nutrisi dan metabolic
DS : kehilangan nafsu makan ,mual /muntah, riwayat DM, tidak mendapat ASI yang memadai.
DO : gizi buruk, BBLR,defisiensi vitamin A, distensi abdomen, hiperaksi bunyi usus, kulit kering,turgor kulit tidak elastis.
C. Pola kegiatan dan latihan
DS : kelelahan, kelemahan, takipnoe,insomnia, stridor
DO: letargi, pernapasan cuping hidung, sianosis,sputum,ronchi, fremitus meningkat, takikardi
D. Pola tidur dan istirahat
DS: insomnia, batuk ,sesak, stridor
DO: batuk, sesak, stridor, gelisah
E. Pola kognitif
DS: sakit kepala, nyeri dada
DO: rewel, menangis, bingung, samnolens
F. Pola prosedur koping dan toleransi terhadap stress
DO: stress ,ngompol, mengisap jari
DS : menangis, melempar mainan, isap jari

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang sanggup diangkat ialah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d akumulasi lendir di jalan napas, inflamasi trakeabronkial, nyeri pleuritik, penurunan energi, kelemahan.
2. Gangguan pertukaran gas b/d obstruksi kanal pernapasan
3. Hipertermi bekerjasama dengan proses infeksi
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, mual dan muntah.
5. Intoleransi kegiatan b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum, batuk berlebihan dan dispnea.
6. Resiko tinggi kekurangan volume cairan bekerjasama dengan peningkatan evaporasi tubuh, kurangnya intake cairan.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
q DP 1: Ketidakefektifan Bersihan jalan napas b/d akumulasi lendir di jalan napas,inflamasi trakeabronkial,nyeri pleuritik,penurunan energi,kelemahan.
HYD: -pasien memperlihatkan sikap mencapai bersihan jalan napas
-pasien memperlihatkan jalan napas dengan bunyi napas bersih,tidak ada dispnea dan sianosis
Rencana tindakan :
v Kaji atau pantau pernapasan klien
Rasionalnya: Mengetahui frekuensi pernapasan klien sebagai indikasi dasar gangguan pernapasan.
v Auskultasi bunyi napas tambahan (ronchi,wheezing)
Rasionalnya: adanya bunyi napas tambahan yang mengambarkan gangguan pernapasan.
v Berikan posisi yang nyaman contohnya posisi semi fowler
Rasionalnya : posisi semi fowler memungkinkan perluasan paru lebih maksimal
v Terapi inhalasi dan latihan napas dalam dan batuk efektif
Rasionalnya : napas dalam memudahkan ekspirasi maksimum paru-paru/jalan napas lebih kecil. Batuk ialah prosedur membersihkan jalan napas alami, membantu silia mempertahankan jalan napas paten.
v Memberian cairan per oral/IV sesuai usia anak,tawarkan air hangat daripada dingin. Rasionalnya : cairan khususnya yang hangat memobilisasi serta mengeluarkan lendir.v Kolaborasi dengan dokter dalam pengisapan lendir sesuai indikasi
Rasionalnya : merangsang batuk serta membersihkan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tidak bisa melaksanakan pernapasan lantaran batuk tidak efektif atau penurunan kesadaran.
q DP 2 : Gangguan pertukaran gas b/dobstruksi kanal pernapasan
HYD : pasien akan memperlihatkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
Rencana tindakan :
v Monitor / kaji tanda-tanda vital, kesulitan bernapas, retraksi stomal.
Rasionalnya : data dasar untuk pengkajian lebih lanjut.
v Observasi warna kulit,membran mukoasa dan kuku,catat adanya sianosis
Rasionalnya : sianosis kuku memperlihatkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/menggigil namun sianosis daun telinga, membran mukosa, dan kulit sekitar lisan memperlihatkan hipoksemia sistemik.
v Kaji status mental
Rasionalnya : gelisah, gampang terangsang, resah dan samnolens sanggup memperlihatkan hipoksemia/penurunan oksigenasi serebral.
v Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi,napas dalam dan batuk efektif.
Rasionalnya :tindakan ini meningkatkan ide maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi.
v Pertahankan istirahat tidur
Rasionalnya : mencegah kelelahan dan menurunkan kebutuhan oksigen untuk akomodasi perbaikan infeksi.
v DP 3 : Hipertermi bekerjasama dengan proses infeksi
HYD : Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan suhu tubuh
Rencana tindakan :
v Pantau suhu pasien (perhatiakan menggigil/diaforesis)
Rasional : Suhu 38,9 – 41,10 C memperlihatkan proses penyakit, infeksius akut. Pola demam sanggup membantu diagnosis.
v Pantau suhu lingkungan, batasi aktivitas.
Rasional : suhu ruangan di ubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal. 
v Berikan kompres hangat
Rasional : sanggup membantu mengurangi demam. Penggunaan air dingin/ es kemungkinan mengakibatkan peningkatan suhu secara aktual.
v Berikan antipiretik contohnya parasetamol
Rasional : mengurangi demam dengan agresi sentralnya pada hipotalamus, parasetamol baik untuk anak lantaran parasetamol mempunyai imbas yg minimal terutama bagi anak.
q DP 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, mual dan muntah.
HYD : Pasien memperlihatkan peningkatan nafsu makan dan mempertahankan berat badan
Rencana tindakan :
v Indentifikasi factor yang mengakibatkan kesulitan menelan (nyeri)
Rasional : pilihan intervensi tergantung pada penyebaran masalah
v Auskultasi bunyi usus , observasi / palpasi distensi abdomen
Rasional : Bunyi usus mungkin menurun / tak ada bila proses infeksi berat/memanjang. 
v Berikan makan porsi kecil tapi sering
Rasional : Tindakan ini sanggup meningktkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
v Timbang berat tubuh setiap hari
Rasional : Peningkatan berat tubuh secara sedikit demi sedikit mengambarkan adanya perbaikan status nutrisi pasien
q DP 5 : Intoleransi kegiatan b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum,batuk berlebihan dan dispnea.
HYD : pasien menunjukan peningkatan toleransi terhadap kegiatan yang sanggup diukur dengan tidak adanya dispnea, kelemahan berlebihan dan tanda vital normal.
Rencana tindakan :
v Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan ketika beraktivitas.
Rasionalnya : merencanakan intervensi yang tepat.
v Bantu pasien dalam melaksanakan aktivitas.
Rasionalnya : ADL-nya sanggup terpenuhi.
v Bantu pasien perawatan diri yang diperlukan
Rasionalnya: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan O2
v Lakukan istirahat yang adekuat sehabis beraktivitas.
Rasionalnya : membantu mengembalikan energi.
v Berikan diet yang adekuat dengan kerja sama andal diet.
Rasionalnya : metabolisme membutuhkan energi.
v Jelaskan pentingnya istirahat dalam planning pengobatan
Rasionalnya : tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolic,menghemat energi untuk penyembuhan.
q DP 6 : Resiko tinggi kekurangan volume cairan bekerjasama dengan peningkatan evaporasi tubuh, kurangnya intake cairan.
HYD : kebutuhan cairan pasien terpenuhi dan adekuat, tanda vital (suhu) rentang normal.
Rencana tindakan :
v Kaji perubahan tanda vital, teladan peningkatan suhu/demam
Rasional : peningkatan suhu / demam meningkatkan laju metabolik Sn kehilangan cairan melalui evaporasi .
v Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)
indikator langsung keadekuatan volume cairan , meskipun membran mukosa lisan mungkin kering lantaran napas lisan dan oksigen tambahan.
v pantau masukan dan haluaran, catat warna, aksara urine. Hitung keseimbangan cairan. Waspadai kehilangan yang tak tampak. Ukur BB sesuai indikasi.
Rasional : memperlihatkan informasi wacana keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian
v Pertahankan pemasukan cairan yang adekuat.
Rasional : Pada anak volume cairan ialah 20-25 % dari BB anak. 
v Beri obat sesuai indikasi , contohnya antipiretik
Rasional : mempunyai kegunaan menurunkan kehilangan cairan serta peningkatan suhu.
v Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
Rasional : pada adanya penurunan masukan / banyak kehilangan penggunaan parenteral sanggup memperbaiki/ mencegah kekurangan.

D. DISCHARGE PLANNING
Hal-hal yang perlu disampaikan kepada keluarga dan pasien sebelum pulang ialah :
ü Memberitahukan kepada pasien dan keluarga untuk melanjutkan pengobatan di rumah sesuai takaran dan arahan dokterü Memberitahukan acara kontrol di dokter kepada pasien dan keluargaü Mengajarkan kepada keluarga ibarat :
-minum air hangat
-istirahat secukupnya
-mencuci tangan dengan sering
-membersihkan lisan dengan sering
ü Memberitahukan keluarga pasien wacana pentingnya memberi ASI langsung dan nutrisi pada anak untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh dan mempercepat proses penyembuhannya.ü Memberitahukan pada keluarga pasien wacana pentingnya menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal ,hindari merokok,polusi udara,lingkungan berdebu lantaran sanggup menurunkan kesehatan dan melemahkan kondisi kanal napas anak.ü Memberitahukan pentingnya santunan imunisasi pada anak, lantaran dengan imunisasi kekebalan tubuh semakin kuat dan mikroorganisme sulit masuk dalam tubuh.ü Mengajarkan tindakkan sederhana yang sanggup dilakukan bila anak sakit contohnya : memperlihatkan kompres hangat untuk menurunkan demam, memperlihatkan minuman yang cukup untuk mencegah dehidrasi, memperlihatkan minuman hangat untuk membantu mengencerkan sekret yang kental.
2.17 PENCEGAHAN
Penyakit bronkopneumonia sanggup dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang sanggup mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia ini.
Selain itu hal-hal yang sanggup dilakukan ialah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kaita terhadap banyak sekali penyakit kanal nafas ibarat : cara hidup sehat, makan masakan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin berolahraga, dll.
Melakukan vaksinasi juga diharapkan sanggup mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain:
Vaksinasi Pneumokokus
Vaksinasi H. influenza
Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah
Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.
2.18 KOMPLIKASI
Penyakit bronkopneumonia ini selain terjadi pada dewasa, seringkali juga terjadibronkopneumonia pada anak. Berikut beberapa komplikasi dari penyakit bronkopneumonia yaitu :
  1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak tepat atau kolaps paru merupakan jawaban kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
  2. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
  3. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
  4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
  5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
  6. Infeksi sitemik

PENUTUP

maka menurut uraian di atas penulis sanggup menarik kesimpulan serta memperlihatkan saran sebagai berikut :
3.1 KESIMPULAN
Bronchopneumonia adalah  infeksi yang mengakibatkan paru-paru  meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen menciptakan sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara- gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita bronchopneumonia bisa meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa majemuk dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, banyak sekali senyawa kimia maupun partikel.

3.2 SARAN
Perlu penyuluhan  yang  intensif  tentang  penyakit, proses penyakit dan pengobatannya pada penderita Bronchopneumonia. Menginformasikan wacana pencegahan-pencegahan terjadinya Bronchopneumonia dengan cara :
1.      Berhenti merokok
2.      Konsumsi obat secara teratur
3.      Perhatikan berat badan
4.      Hindari zat polusi
5.      Jaga stamina tubuh
6.      Istirahat cukup
7.      Rutin mengikuti rehabilitasi paru-paru
8.      Lakukan latihan bernapas
9.      Tetap beraktivitas
10.  Lakukan terapi oksigen jikalau keadaan parah
11.  Konsumsi masakan sehat

Sumber http://makalahtugasmu.blogspot.com


EmoticonEmoticon