PEMBAHASAN
HEWAN DAN EKOSISTEM
1.
Hewan di gurun pasir
a. Pengertian Gurun dan Karakteristiknya
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gurun diartikan sebagai padang luas yang tandus, atau padang pasir.
Dalam pengertian lain juga disebutkan gurun yaitu suatu daerah dimana curah hujannya sangat kecil yaitu kurang dari 250mm/tahun,sifat udaranya kering dan hampir tidak ada tumbuh-tumbuhan yang hidup. Gurun disebut juga daratan kering, lantaran pembagian terstruktur mengenai gurun berdasarkan tingkat kekeringan di suatu wilayah. Hampir seperempat permukaan bumi daratan merupakan daerah gurun dengan temperatur yang sanggup melebihi 55 derajat Celcius pada siang hari dan sangat cuek pada malamhari.
Dalam pengertian lain juga disebutkan gurun yaitu suatu daerah dimana curah hujannya sangat kecil yaitu kurang dari 250mm/tahun,sifat udaranya kering dan hampir tidak ada tumbuh-tumbuhan yang hidup. Gurun disebut juga daratan kering, lantaran pembagian terstruktur mengenai gurun berdasarkan tingkat kekeringan di suatu wilayah. Hampir seperempat permukaan bumi daratan merupakan daerah gurun dengan temperatur yang sanggup melebihi 55 derajat Celcius pada siang hari dan sangat cuek pada malamhari.
Gurun pasir sebagai biosper lantaran gurun pasir merupakan tempat kehidupan yang terdiri semua jasad hidup, air, udara, tanah dan materi yag membentuk ekosistem pada gurun pasir tersebut.
Ciri atau karakteristik dari ekosistem gurun sanggup dilihat dari posisi geografisnya, iklim, curah hujan dan cuacanya.
Posisi geografis
Ekosistem ini paling luas terpusat di sekitar 20 derajat LU, mulai dari Pantai Atlantik di Afrika hingga ke Asia Tengah. Sepanjang daerah itu terdapat kompleks gurun Sahara, gurun Arab dan gurun Gobi dengan luas mencapai 10 juta kmpersegi.
Bentang gurun mempunyai beberapa ciri umum. Gurun sebagian besar terdiri dari permukaan kerikil karang. Bukit pasir yang disebut erg dan permukaan berbatu merupakan penggalan pembentuk lain dari gurun.
Dilihat dari letak geografisnya ekosistem gurun mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tingkat evaporasi (penguapan) yang lebih tinggi daripada curah hujan
b. Tumbuhannya berdaun kecil mirip duri dan mempunyai akar yang panjang. (Daun yang kecil berfungsi untuk mengurangi penguapan Akar panjang berfungsi untuk mengambil air dari tempat yang dalam dan kemudian disimpan dalam jaringan spons.)
c. Dihuni oleh binatang jenis pengerat contohnya, hamster dan gerbill.
d. Air tanah cenderung asin lantaran larutan garam dalam tanah tidak cenderung berpindah baik lantaran pembersihan oleh air maupun drainase.
d. Air tanah cenderung asin lantaran larutan garam dalam tanah tidak cenderung berpindah baik lantaran pembersihan oleh air maupun drainase.
Iklim
Iklim di gurun luar biasa ekstrim, kalau panas sangat panas sekali dan kalau cuek luar biasa dingin. Ada beberapa animo di Kuwait yaitu Panas (32-40°C sekitar Jun-Jul) , Panas Sekali (41-50° C sekitar Jul – Aug – Sep), Dingin (8-20°C sekitar Nopember).
Ciri-ciri :
a. Iklim panas dan kering sepanjang tahun.
a. Iklim panas dan kering sepanjang tahun.
b. Penternakan nomad dijalankan.
c. Penduduk hidup berpindah-randah untuk nencari sumber air.
d. Hujan tahunan kurang daripada 250mm.
e. Suhu harian sangat tinggi, yaitu antara 22°C hingga 32°C.
Curah Hujan
Gurun didefinisikan dengan ketat sebagai sebuah tempat yang mendapatkan curah hujan kurang dari 254 mm (10 inci) setahun.
Ciri-ciri :
a. Curah hujan sangat rendah, + 25 cm/tahun
b. Kecepatan penguapan air lebih cepat dari presipitasi
c. Kelembaban udara sangat rendah
d. Perbedaan suhu siang hari dengan malam hari sangat tinggi (siang sanggup mencapai 45 C, malam sanggup turun hingga 0° C)
e. Tanah sangat tandus lantaran tidak bisa menyimpan air
Ciri-ciri :
a. Curah hujan sangat rendah, + 25 cm/tahun
b. Kecepatan penguapan air lebih cepat dari presipitasi
c. Kelembaban udara sangat rendah
d. Perbedaan suhu siang hari dengan malam hari sangat tinggi (siang sanggup mencapai 45 C, malam sanggup turun hingga 0° C)
e. Tanah sangat tandus lantaran tidak bisa menyimpan air
Cuaca di Gurun Pasir
Di dunia ini kira-kira sepertiganya berupa gurun. Atau lebih dikenal daerah dengan curah hujan yang sangat rendah (<25cm/tahun). Daerah ini dikenal sebagai daerah beriklim Arid (kering). Daerah ini biasanya mempunyai kelembaban udara yang sangat rendah. Sudah disebutkan diatas bahwa gurun itu daerah ini yang sedikit pohon, artinya penyebab utamanya yaitu lantaran sedikit air yang ada disana.
Salah satu yang termudah yaitu melihat apa saja yang mengontrol kelembaban udara atau kandungan air di udara ini. Karena kandungan air diudara inilah yang nantinya bertanggung jawab atas terdapatnya air di suatu tempat atau disuatu daerah (kawasan) tertentu.Salah satu untuk melihat kandungan air tentusaja melihat pola angin, awan dan pola hujan di bumi. Di sebelah kanan ini peta bumi yang menggambarkan tempat-tempat di bumi ini dimana curah hujannya rendah 25-50 mm/tahun (semi arid), dan daerah yang mempunyai curah hujan sangat rendah dibawah25mm/tahun.
Terlihat bahwa tempat yang langka dengan hujan (arid) berada disekitar daerah tropis. Tentunya daerah tropis atau berada diantara 30° Lintang Utara dan 30° Lintang Selatan. Daerah tropis ini daerah yang mempunyai suhu rata-rata tahunan sangat tinggi.
b. Kehidupan Di Gurun
Panas menyengat di siang hari, cuek membeku di malam hari, kemarau selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan berturut-turut, kelangkaan makanan. Semua ini yaitu penggalan dari lingkungan gurun. Sangat sulit bertahan hidup dalam kondisi yang sedemikian keras. Namun, di balik semua kesulitan ini, aneka macam jenis makhluk bisa bertahan hidup dan bahkan berkembang pesat di gurun. Bila kita amati, akan tampak bahwa semua struktur badan dan gerakan makhluk-makhluk ini telah diciptakan dengan karakteristik yang sesuai untuk kehidupan di sana. Allah membuat ciri khas tertentu untuk melindungi makhluk- makhluk ini dari panas. Bila kita memperhatikan lebih bersahabat sebagian pola ciri-ciri ini, kita sanggup melihat dengan terang bahwa kelengkapan makhluk-makhluk ini mustahil ada dengan begitu saja, melainkan diciptakan oleh Sang Pencipta yang mempunyai kekuatan yang sangat hebat.
1. Unta atau Onta
Unta atau Onta yaitu dua spesies binatang berkuku genap dari genus Camelus (satu berpunuk tunggal – Camelus dromedarius, satu lagi berpunuk ganda – Camelus bactrianus) yang hidup ditemukan di wilayah kering dan gurun di Asia dan Afrika Utara. Rata-rata umur impian hidup unta yaitu antara 30 hingga 50 tahun.
Domestikasi unta oleh insan telah dimulai semenjak kurang lebih 5.000 tahun yang lalu. Pemanfaatan unta antara lain untuk diambil susu (yang mempunyai nilai nutrisi lebih tinggi dari pada susu sapi) serta dagingnya, dan juga dipakai sebagai binatang pekerja.
2. Ular
Ular berbisa gurun (Cerastes Vipera) hidup di bawah pasir. Ular berbisa ini masuk ke dalam pasir dengan menggeliat bergoyang-goyang menyamping. Ular ini menggerakkan ekornya dari kiri ke kanan dengan sangat cepat. Gerakan ini kemudian mencakup seluruh tubuhnya dalam tiga pelintir. Akhirnya sekujur badan ular terkubur sepenuhnya, kecuali satu atau kedua matanya saja. Dengan cara ini, ular berbaring sambil menunggu, memburu mangsanya. Tetapi taktik mirip ini sanggup menimbulkan risiko bagi mata ular, lantaran mata ini tetap berada di luar, di tempat yang sanggup didera oleh angin puting-beliung pasir secara tiba-tiba. Namun, lantaran mata ular dirancang khusus, risiko tersebut terhapus seluruhnya. Mata ular berbisa ini terlindung dari gangguan pasir lantaran mempunyai “kaca mata” luar yang terbuat dari sisik yang tembus pandang.
3. Serigala Gurun
Penghuni gurun yang lain, yaitu serigala gurun bewarna krem, jenis serigala terkecil, mempunyai pendengaran yang sangat besar. Serigala ini hidup di gurun berpasir di Afrika dan Arab. Telinganya yang lebar tidak hanya membantu memilih tempat mangsanya berada, tetapi juga berfungsi untuk mencegah panas berlebihan dan membuat binatang ini tetap sejuk.
4. Kadal
Kadal bermoncong-sekop, yang tinggal di gurun, bergerak mirip menari di pasir untuk mendinginkan ekor dan kakinya. Kemudian, dengan bertumpu pada ekornya, kadal ini bergantian mengangkat satu kaki belakang dan satu kaki depan. Setelah beberapa detik, kakinya berganti posisi. Kadal ini seolah berenang di bukit pasir dengan dukungan bentuk badan dan hidungnya yang aerodinamis, dan telapak kakinya yang besar memungkinkan kadal berlari di pasir dengan sangat cepat.
5. Katak Gurun
Katak gurun, yang hidup di Australia, mirip dengan tangki air. Saat hujan, katak ini mengisi kantung-kantung di tubuhnya dengan air. Kemudian beliau menguburkan dirinya sendiri di bawah pasir dan mulai menunggu hingga hujan yang berikutnya turun. Bila merasa haus, binatang gurun lainnya mencari katak ini dan meminum airnya, dengan cara mengeluarkan katak ini dari pasir.
2. Hewan - Hewan di Hutan basah
a. Pengertian Hutan Basah
Hutan berair yaitu yang memperoleh curah hujan yang tinggi sering juga kita kenal dengan istilah hutan pamah. Hutan jenis ini sanggup dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku penggalan utara dan papua. Jenis-jenis yang umum di temukan di hutan ini yaitu Meranti ( shorea dan parashorea), kerving ( Dipterocarpus), kapur, kayu besi, dan kayu hitam.
Ciri-ciri :
· Masa pertumbuhan lama
· Jenis tumbuhan banyak
· Ketinggian 20 m hingga 40 m
· Berdaun lebar
· Hutan basah
· Jenis pohon sulur hingga kayu keras
Lingkungan Biotik
1. Flora berdasarkan lapisan tanahnya:
· Lapisan pohon-pohon yang lebih tinggi, muncul disana-sini dan menonjol di atas tajuk ( kanopi hutan ) sehingga dikenal sebagai “ sembulan”
· Lapisan kanopi hutan rata-rata, yang tingginya antara 24-36 m. kanopi hutan banyak mendukung kehidupan lainnya, semisal aneka macam jenis epifit ( termasuk anggrek), bromeliad, lumu, serta lumut kerak, yang hidup menempel di cabang dan rerantingan.
· Lapisan tajuk bawah,yang tidak menyambung. Lapisan ini tersusun oleh pohon-pohon muda, pohon-pohon yang tertekan pertumbuhannya, atau jenis-jenis pohon yang tahan naungan mirip jenis pemanjat (liana) yang melillit batang atau mengait cabang untuk mencapai atap tajuk, lmut, paku-pakuan dan paku lumut dan semak-semak.
2. Fauna binatang yang banyak hidup di daerah hutan berair ini yaitu hewan-hewan pemanjat sejenis primate dan nocturnal ( binatang yang aktif pada malam hari ).
3. Hewan – Hewan di Lahan Basah
Menurut konvensi Ramsar (1971) yang termasuk lahan berair yaitu daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan; permanen atau sementara; dengan air tergenang atau mengalir; tawar, payau, atau asin; termasuk didalamnya wilayah perairan maritim yang kedalamannya tidak melebihi 6 meter pada dikala surut terendah (Dugan, 1990). Ekosistem lahan berair merupakan transisi antara sistem terestial dan akuatik, serta mempunyai air yang menggenangi permukaannya lebih dari setahun.
Tumbuhan dan binatang yang hidup di dalamnya sangat unik, menyesuaikan diri untuk kondisi penuh air, oksigen yang sangat sedikit, kadang beracun. Fungsi kunci dalam ekosistem diantaranya termasuk penyimpanan air dan hara, transformasi kimia N, P, S, dan C, dan mempunyai produktivitas primer yang tinggi. Fungsi-fungsi tersebut akan segera hilang bila lahan berair menjadi kering. Pada tingkat populasi lahan berair berfungsi sebagai habitat kehidupan liar, yang didalamnya terdapat spesies unik dan meningkatkan biodiversitas.
* Karakteristik Lahan Basah
Tiap lahan berair tersusun atas sejumlah komponen fisik, kimia, dan hayati, mirip air, tanah, spesies tumbuhan dan hewan, serta unsur hara. Ciri-ciri yang berkaitan dengan komponen fisik, kimia dan hayati tidak sama antara lahan berair yang satu dengan yang lain.
Suatu lahan sanggup disebut lahan berair bila memenuhi salahsatu atau lebih dari tiga kondisi. Pertama, secara periodik terdapat tumbuhan air. Kedua, merupakan areal yang cukup berair dalam jangka waktu yang lama. Ketiga, secara permanen dalam keadaan jenuh.
Notohanagoro (1996) menyatakan bahwa sistem lahan berair sanggup berfungsi membersihkan air lantaran mempunyai empat komponen asasi yaitu:
1. Vegetasi berfungsi membuat lingkungan embel-embel bagi populasi mikroba, dan menjadi penghalang ajaran air sehingga memudahkan pengendapan sedimen tersuspensi.
2. Lapisan air berfungsi mengangkut materi dan gas, menghilangkan hasil sampingan dan menyediakan lingkungan dan air bagi kelangsungan proses biokimia tumbuhan dan mikroorganisme.
3. Tanah berfungsi mendukung kehidupan vegetasi, menyediakan hamparan permukiman reaktif dalam peresapan ion dan permukaan untuk populasi mikroorganisme.
4. Mikroorganisme berfungsi mengurai jasad patogen dan zat-zat pencemar.
Suatu lahan sanggup disebut lahan berair bila memenuhi salahsatu atau lebih dari tiga kondisi. Pertama, secara periodik terdapat tumbuhan air. Kedua, merupakan areal yang cukup berair dalam jangka waktu yang lama. Ketiga, secara permanen dalam keadaan jenuh.
Notohanagoro (1996) menyatakan bahwa sistem lahan berair sanggup berfungsi membersihkan air lantaran mempunyai empat komponen asasi yaitu:
1. Vegetasi berfungsi membuat lingkungan embel-embel bagi populasi mikroba, dan menjadi penghalang ajaran air sehingga memudahkan pengendapan sedimen tersuspensi.
2. Lapisan air berfungsi mengangkut materi dan gas, menghilangkan hasil sampingan dan menyediakan lingkungan dan air bagi kelangsungan proses biokimia tumbuhan dan mikroorganisme.
3. Tanah berfungsi mendukung kehidupan vegetasi, menyediakan hamparan permukiman reaktif dalam peresapan ion dan permukaan untuk populasi mikroorganisme.
4. Mikroorganisme berfungsi mengurai jasad patogen dan zat-zat pencemar.
* Fungsi Lahan Basah
Salah satu hal yang sanggup dilakukan oleh lahan berair dalam mencegah krisis air higienis yaitu melaksanakan proses pembersihan air limbah. Proses pengurangan materi pencemar dari air limbah bila ditinjau secara fisik, kimiawi, dan biologis berdasarkan Tome (2005) dilakukan melalui :
1. Penyaringan materi suspensi dan koloida yang terdapat dalam air
2. Asimilasi materi pencemar ke dalam jaringan akar dan daun tumbuhan hidup
3. Pengikatan atau pertukaran materi pencemar dengan tanah lahan basah, materi tumbuhan hidup, materi tumbuhan mati dan materi alga hidup
1. Penyaringan materi suspensi dan koloida yang terdapat dalam air
2. Asimilasi materi pencemar ke dalam jaringan akar dan daun tumbuhan hidup
3. Pengikatan atau pertukaran materi pencemar dengan tanah lahan basah, materi tumbuhan hidup, materi tumbuhan mati dan materi alga hidup
* Lahan Basah Buatan
Lahan berair buatan (constructed wetland) merupakan sistem pengolahan air limbah yang memakai teknologi sederhana dengan pendekatan gres untuk menurunkan pencemaran lingkungan berdasarkan pemanfaatan tumbuhan air dan mikroorganisme. Tanaman air pada lahan berair buatan mempunyai kiprah dalam menyediakan lingkungan yang cocok bagi mikroba pengurai untuk menempel dan tumbuh. Keunggulan sistem ini yaitu konstruksinya sederhana tanpa peralatan dan mesin, biaya operasional dan perawatannya yang relatif murah, dan mempunyai kapasitas buffer dengan luas dan lumpur yang dihasilkan sedikit serta stabil. Sistem ini telah dicoba dalam menghalangi dan menahan ajaran dan material padatan, menyisihkan pencemar material padatan, menyisihkan beberapa jenis logam, penurunan kadar fosfor, dan penyisihan senyawa nitrogen.
Lahan berair buatan (constructed wetland) terdapat dalam aneka macam bentuk dan ukuran, tergantung dari pemilihan dan penilaian lokasi. Sistem ini bisa diadaptasi ke hampir semua lokasi dan bisa dibangun dalam banyak konfigurasi dari unit tunggal kecil yang hanya beberapa meter persegi hingga sistem dengan luas ratusan hektar yang terintegrasi dengan pertanian air atau tambak. Dalam lahan berair buatan (constructed wetland) terdapat dua sistem yang dikembangkan dikala ini yaitu :
1. Free Water Surface System (FWS)
FWS disebut juga rawa buatan dengan ajaran di atas permukaan tanah. Sistem ini berupa kolam atau saluran-saluran yang dilapisi dengan lapisan impermeable di bawah saluran atau kolam yang berfungsi untuk mencegah merembesnya air keluar kolam atau saluran. FWS tersebut berisi tanah sebagai tempat hidup tumbuhan yang hidup pada air tergenang (emergent plant) dengan kedalaman 0,1 - 0,6 m. Pada sistem ini limbah cair melewati permukaan tanah. Pengolahan limbah terjadi ketika air limbah melewati akar tanaman, kemudian air limbah akan diserap oleh akar tumbuhan dengan derma bakteri.
2. Sub-surface Flow System (SFS)
2. Sub-surface Flow System (SFS)
SFS disebut juga rawa buatan dengan ajaran di bawah permukaan tanah. Air limbah mengalir melalui tumbuhan yang ditanam pada media yang berpori (Novotny dan Olem, 1994). Sistem ini memakai media mirip pasir dan kerikil dengan diameter bervariasi antara 3 - 32 mm. Untuk zona inlet dan outlet biasanya dipakai diameter kerikil yang lebih besar untuk mencegah terjadinya penyumbatan (Priyanto dan Prayitno, 2001).
Proses pengolahan yang terjadi pada sistem ini yaitu filtrasi, absorbsi oleh mikroorganisme, dan absorbsi oleh akar-akar tumbuhan terhadap tanah dan materi organik. Pada sistem SFS diharapkan pengaliran air limbah dari inlet ke outlet. Tipe pengaliran air limbah pada umumnya secara horizontal, lantaran jenis ini mempunyai efisiensi pengolahan terhadap suspended solid dan basil lebih tinggi dibandingkan tipe yang lain. Hal ini disebabkan lantaran daya filtrasinya lebih baik. Penurunan BOD juga lebih baik lantaran kapasitas transfer oksigen lebih besar (Khiattudin, 2003).
4. Hewan dan Deforestrasi Hutan
Deforestasi yaitu merupakan suatu kondisi dikala tingkat luas area hutan yang memperlihatkan penurunan secara kualitas dan kuantitas.
Salah satu penyebab dari duduk perkara ini yaitu lantaran pengurus hutan yang tidak bisa mengelola hutan dengan baik. Hal lain yang bisa mengakibatkan penghancuran hutan yaitu bila suatu perusahaan membeli tanah hutan tersebut kemudian memutuskan untuk mengambil semua kayunya untuk usahanya itu.
Deforestasi di Indonesia
Indonesia mempunyai 10% hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan Indonesia mempunyai 12% dari jumlah spesies binatang menyusui atau mamalia, pemilik 16% spesies binatang reptil dan amphibi, 1.519 spesies burung dan 25% dari spesies ikan dunia. Sebagian diantaranya yaitu endemik atau hanya sanggup ditemui di daerah tersebut. Luas hutan alam orisinil Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Hingga dikala ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72%. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun dan mengakibatkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektare per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektare per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia.
Faktor penyebab deforestasi di Indonesia
Deforestasi di Indonesia sebagian besar merupakan tanggapan dari suatu sistem politik dan ekonomi yang korup, yang menganggap sumber daya alam, khususnya hutan, sebagai sumber pendapatan yang bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik dan laba pribadi. Pertumbuhan industri pengolahan kayu dan perkebunan di Indonesia terbukti sangat menguntungkan selama bertahun-tahun, dan manfaatnya dipakai oleh rejim Soeharto sebagai alat untuk memperlihatkan penghargaan dan mengontrol teman-teman, keluarga dan kawan potensialnya. Selama lebih dari 30 tahun terakhir, negara ini secara dramatis meningkatkan produksi hasil hutan dan hasil perkebunan yang ditanam di lahan yang sebelumnya berupa hutan. Dewasa ini Indonesia yaitu produsen utama kayu bulat, kayu gergajian, kayu lapis, pulp dan kertas, disamping beberapa hasil perkebunan, contohnya kelapa sawit, karet dan coklat Pertumbuhan ekonomi ini dicapai tanpa memperhatikan pengelolaan hutan secara berkelanjutan atau hak-hak penduduk lokal.
Deforestasi di Indonesia sebagian besar merupakan tanggapan dari suatu sistem politik dan ekonomi yang korup, yang menganggap sumber daya alam, khususnya hutan, sebagai sumber pendapatan yang bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik dan laba pribadi. Pertumbuhan industri pengolahan kayu dan perkebunan di Indonesia terbukti sangat menguntungkan selama bertahun-tahun, dan manfaatnya dipakai oleh rejim Soeharto sebagai alat untuk memperlihatkan penghargaan dan mengontrol teman-teman, keluarga dan kawan potensialnya. Selama lebih dari 30 tahun terakhir, negara ini secara dramatis meningkatkan produksi hasil hutan dan hasil perkebunan yang ditanam di lahan yang sebelumnya berupa hutan. Dewasa ini Indonesia yaitu produsen utama kayu bulat, kayu gergajian, kayu lapis, pulp dan kertas, disamping beberapa hasil perkebunan, contohnya kelapa sawit, karet dan coklat Pertumbuhan ekonomi ini dicapai tanpa memperhatikan pengelolaan hutan secara berkelanjutan atau hak-hak penduduk lokal.
Untuk dikala ini, penyebab deforestasi hutan semakin kompleks. Kurangnya penegakan aturan yang terjadi dikala ini memperparah kerusakan hutan dan berdampak pribadi pada semakin berkurangnya habitat orangutan secara signifikan.
Penyebab deforestasi di Indonesia, yaitu :
Hak Penguasaan Hutan
Penyebab deforestasi di Indonesia, yaitu :
Hak Penguasaan Hutan
Lebih dari setengah daerah hutan Indonesia dialokasikan untuk produksi kayu berdasarkan sistem tebas pilih. Banyak perusahaan HPH yang melanggar pola-pola tradisional hak kepemilikan atau hak penggunaan lahan. Kurangnya pengawasan dan akuntabilitas perusahaan berarti pengawasan terhadap pengelolaan hutan sangat lemah dan, usang kelamaan, banyak hutan produksi yang telah dieksploitasi secara berlebihan. Menurut pembagian terstruktur mengenai pemerintah, pada dikala ini hampir 30 persen dari konsesi HPH yang telah disurvei, masuk dalam kategori “sudah terdegradasi”. Areal konsesi HPH yang mengalami degradasi memudahkan penurunan kualitasnya menjadi di bawah batas ambang produktivitas, yang memungkinkan para pengusaha perkebunan untuk mengajukan permohonan izin konversi hutan. Jika permohonan ini disetujui, maka hutan tersebut akan ditebang habis dan diubah menjadi hutan tumbuhan industri atau perkebunan.
Hutan tumbuhan industri.
Hutan tumbuhan industri.
Hutan tumbuhan industri telah dipromosikan secara besar-besaran dan diberi subsidi sebagai suatu cara untuk menyediakan pasokan kayu bagi industri pulp yang berkembang pesat di Indonesia, tetapi cara ini mendatangkan tekanan terhadap hutan alam. Hampir 9 juta ha lahan, sebagian besar yaitu hutan alam, telah dialokasikan untuk pembangunan hutan tumbuhan industri. Lahan ini kemungkinan telah ditebang habis atau dalam waktu bersahabat akan ditebang habis. Namun hanya sekitar 2 juta ha yang telah ditanami, sedangkan sisanya seluas 7 juta ha menjadi lahan terbuka yang terlantar dan tidak produktif.
Perkebunan
Perkebunan
Lonjakan pembangunan perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit, merupakan penyebab lain dari deforestasi. Hampir 7 juta ha hutan sudah disetujui untuk dikonversi menjadi perkebunan hingga simpulan tahun 1997 dan hutan ini hampir sanggup dipastikan telah ditebang habis. Tetapi lahan yang benar-benar dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit semenjak tahun 1985 hanya 2,6 juta ha, sementara perkebunan gres untuk tumbuhan keras lainnya kemungkinan luasnya mencapai 1-1,5 juta ha. Sisanya seluas 3 juta ha lahan yang sebelumnya hutan kini dalam keadaan terlantar. Banyak perusahaan yang sama, yang mengoperasikan konsesi HPH, juga mempunyai perkebunan. Dan korelasi yang korup berkembang, dimana para pengusaha mengajukan permohonan izin membangun perkebunan, menebang habis hutan dan memakai kayu yang dihasilkan utamanya untuk pembuatan pulp, kemudian pindah lagi, sementara lahan yang sudah dibuka ditelantarkan.
llegal logging
Illegal logging yaitu merupakan praktek pribadi pada penebangan pohon di daerah hutan negara secara illegal. Dilihat dari jenis kegiatannya, ruang lingkup illegal logging terdiri dari : •Rencana penebangan, mencakup semua atau sebagian acara dari pembukaan jalan masuk ke dalam hutan negara, membawa alat-alat sarana dan prasarana untuk melaksanakan penebangan pohon dengan tujuan eksploitasi kayu secara illegal. Penebangan pohon dalam makna sesunguhnya untuk tujuan eksploitasi kayu secara illegal. Produksi kayu yang berasal dari konsesi HPH, hutan tumbuhan industri dan konversi hutan secara keseluruhan menyediakan kurang dari setengah materi baku kayu yang diharapkan oleh industri pengolahan kayu di Indonesia. Kayu yang diimpor relatif kecil, dan kekurangannya dipenuhi dari pembalaka ilegal. Pencurian kayu dalam skala yang sangat besar dan yang terorganisasi kini merajalela di Indonesia; setiap tahun antara 50-70 persen pasokan kayu untuk industri hasil hutan ditebang secara ilegal. Luas total hutan yang hilang lantaran pembalakan ilegal tidak diketahui, tetapi seorang mantan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan, Departemen Kehutanan, Titus Sarijanto, baru-baru ini menyatakan bahwa pencurian kayu dan pembalakan ilegal telah menghancurkan sekitar 10 juta ha hutan Indonesia.
Konvensi Lahan
Peran pertanian tradisional skala kecil, dibandingkan dengan penyebab deforestasi yang lainnya, merupakan subyek kontroversi yang besar. Tidak ada asumsi akurat yang tersedia mengenai luas hutan yang dibuka oleh para petani skala kecil semenjak tahun 1985, tetapi suatu asumsi yang sanggup mengemban amanah pada tahun 1990 menyatakan bahwa para peladang berpindah mungkin bertanggung jawab atas sekitar 20 persen hilangnya hutan. Data ini sanggup diterjemahkan sebagai pembukaan lahan sekitar 4 juta ha antara tahun 1985 hingga 1997.
Program Transmigrasi
Transmigrasi yang berlangsung dari tahun 1960-an hingga 1999, yaitu memindahkan penduduk dari Pulau Jawa yang berpenduduk padat ke pulau-pulau lainnya. Program ini diperkirakan oleh Departemen Kehutanan membuka lahan hutan hampir 2 juta ha selama keseluruhan periode tersebut. Disamping itu, para petani kecil dan para penanam modal skala kecil yang oportunis juga ikut andil sebagai penyebab deforestasi lantaran mereka membangun lahan tumbuhan perkebunan, khususnya kelapa sawit dan coklat, di hutan yang dibuka dengan operasi pembalakan dan perkebunan yang skalanya lebih besar. Belakangan ini, transmigrasi “spontan” meningkat, lantaran penduduk pindah ke tempat yang gres untuk mencari peluang ekonomi yang lebih besar, atau untuk menghindari gangguan sosial dan kekerasan etnis. Estimasi yang sanggup mengemban amanah mengenai luas lahan hutan yang dibuka oleh para migran dalam skala nasional belum pernah dibuat.
Kebakaran Hutan
Pembakaran secara sengaja oleh pemilik perkebunan skala besar untuk membuka lahan, dan oleh masyarakat lokal untuk memprotes perkebunan atau acara operasi HPH menjadikan kebakaran besar yang tidak terkendali, yang luas dan intensitasnyan belum pernah terjadi sebelumnya. Lebih dari 5 juta ha hutan terbakar pada tahun 1994 dan 4,6 juta ha hutan lainnya terbakar pada tahun 1997-98. Sebagian dari lahan ini tumbuh kembali menjadi semak belukar, sebagian dipakai oleh para petani skala kecil, tetapi sedikit sekali perjuangan sistematis yang dilakukan untuk memulihkan tutupan hutan atau membuatkan pertanian yang produktif
Pada kondisi alami, lahan gambut tidak gampang terbakar lantaran sifatnya yang ibarat spons, yakni menyerap dan menahan air secara maksimal sehingga pada animo hujan dan animo kemarau tidak ada perbedaan kondisi yang ekstrim. Namun, apabila kondisi lahan gambut tersebut sudah mulai tergangggu akhirnya adanya konversi lahan atau pembuatan kanal, maka keseimbangan ekologisnya akan terganggu. Pada animo kemarau, lahan gambut akan sangat kering hingga kedalaman tertentu dan gampang terbakar. Gambut mengandung materi bakar (sisa tumbuhan) hingga di bawah permukaan, sehingga api di lahan gambut menjalar di bawah permukaan tanah secara lambat dan dan sulit dideteksi, dan menimbulkan asap tebal. Api di lahan gambut sulit dipadamkan sehingga bisa berlangsung usang (berbulan-bulan). Dan gres bisa mati total sehabis adanya hujan yang intensif.
PENUTUP
Kesimpulan
Gurun yaitu suatu daerah dimana curah hujannya sangat kecil yaitu kurang dari 250mm/tahun,sifat udaranya kering dan hampir tidak ada tumbuh-tumbuhan yang hidup.Gurun pasir sebagai biosper lantaran gurun pasir merupakan tempat kehidupan yang terdiri semua jasad hidup, air, udara, tanah dan materi yag membentuk ekosistem pada gurun pasir tersebut. Hewan yang tinggal di gurun pasir yaiu Unta, ular, kadal, serigala gurun, katak gurun.
Hutan berair yaitu yang memperoleh curah hujan yang tinggi. Ekosistem lahan berair merupakan transisi antara sistem terestial dan akuatik, serta mempunyai air yang menggenangi permukaannya lebih dari setahun. Tumbuhan dan binatang yang hidup di dalamnya sangat unik, menyesuaikan diri untuk kondisi penuh air, oksigen yang sangat sedikit, kadang beracun. Fungsi kunci dalam ekosistem diantaranya termasuk penyimpanan air dan hara, transformasi kimia N, P, S, dan C, dan mempunyai produktivitas primer yang tinggi.
Suatu lahan sanggup disebut lahan berair bila memenuhi salahsatu atau lebih dari tiga kondisi. Pertama, secara periodik terdapat tumbuhan air. Kedua, merupakan areal yang cukup berair dalam jangka waktu yang lama. Ketiga, secara permanen dalam keadaan jenuh.
Deforestasi yaitu merupakan suatu kondisi dikala tingkat luas area hutan yang memperlihatkan penurunan secara kualitas dan kuantitas. Faktor penyebab deforestasi di Indonesia
Deforestasi di Indonesia sebagian besar merupakan tanggapan dari suatu sistem politik dan ekonomi yang korup, yang menganggap sumber daya alam, khususnya hutan, sebagai sumber pendapatan yang bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik dan laba pribadi.
Deforestasi di Indonesia sebagian besar merupakan tanggapan dari suatu sistem politik dan ekonomi yang korup, yang menganggap sumber daya alam, khususnya hutan, sebagai sumber pendapatan yang bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik dan laba pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
Amsah, Yazid. 2009. Analisis Laju Deforestasi Hutan Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus Provinsi Papua).
Campbell, N.A. 2004. Biologi. Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Darmawan, Agus.2005.Ekologi Hewan.Malang: UM Press
Heddy,S dan Kurniati, M. 1996. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Heddy,S dan Kurniati, M. 1996. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Mulyanto, Lukman. 2004. Jurnal Manajemen Hutan Tropika ; Analisis Spasial Degradasi Hutan dan Deforestasi: Studi Kasus di PT. Duta Maju Timber, Sumatera Barat.
Rakhmanda, Andhika. 2011. Jurnal Ekologi Pertanian ; Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta.
Saroeng ,ali. 1978.jurnal kedokteran binatang ; The Morphological Structure of Male Gonad of Geloina erosa in Various Size of Shell in Mangrove Ecosystem Region of Reuleng River Leupung Aceh Besar District. Banda Aceh Universitas Syah Kuala
Soemarno. 2010. Jurnal Pertanian ; Ekosistem Sawah.
Suparno. 2005. Kajian Bioaktif Spons Laut (Forifera: Demospongiae) Suatu Peluang Alternatif Pemanfaatan Ekosistem Karang Indonesia Dalam Dibidang Farmasi.
Sumber http://makalahtugasmu.blogspot.com
EmoticonEmoticon