Minggu, 29 April 2018

Ekonomi Pertanian

PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Negara di Indonesia ialah Negara yang kaya sumber daya alamnya. Sebagian besar masyarakat Indonesia bermatapencaharian sebagai petani. Karena Indonesia populer dengan tanah yang subur.
Pertanian merupakan sektor primer dalam perekonomian Indonesia. Artinya pertanian merupakan sektor utama yang menyumbang hampir dari setengah perekonomian. Pertanian juga mempunyai kiprah konkret sebagai penghasil devisa negara melalui ekspor. Oleh lantaran itu perlu diadakannya pembangunan di dalam sektor pertanian sehingga sanggup bersaing di pasar dalam negeri maupun di luar negeri.
Agar sektor pertanian sanggup terus mengatakan kiprah pada perekonomian Indonesia, diharapkan adanya suatu perencanaan pembangunan di sektor ini. Salah satunya ialah dengan melaksanakan investasi. Dengan adanya investasi di sektor ini diharapkan akan memicu kenaikan output dan input demand yang akan kuat terhadap kenaikan pendapatan, kesempatan kerja, serta mendorong tumbuhnya perekonomian Indonesia.
Dengan adanya perjuangan pembangunan pertanian, muncul pula masalah-masalah yang akan memperlambat laju perkembangan pertanian di Indonesia. Masalah tersebut muncul mulai dari kerusakan alam yang diakibatkan oleh pelaku produksi dan konsumen pertanian hingga minimnya pendidikan petani. Hal tersebut disebabkan oleh contoh hidup yang berubah dari petani itu sendiri, contohnya minimnya pengetahuan akan pemanfaatan dan pengembangan pertanian modern, politik pertanian serta mulai hilangnya nilai budaya dan semangat yang dimiliki oleh petani.


B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan Ekonomi Pertanian di Indonesia?
2.      Bagaimana Kriteria Menteri Pertanian Indonesia?
3.      Apa manfaat Pertanian di Indonesia?



PEMBAHASAN


A.      Perkembangan Ekonomi Pertanian Di Indonesia
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak mendapat perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya.
Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga dikala ini masih belum sanggup memperlihatkan hasil yang maksimal kalau dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, kiprahnya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada kenyataannya hingga dikala ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa kemudian bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.
Pembangunan pertanian pada masa kemudian mempunyai beberapa kelemahan, yakni hanya terfokus pada perjuangan tani, lemahnya pinjaman kebijakan makro, serta pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya perjuangan pertanian di Indonesia hingga dikala ini masih banyak didominasi oleh perjuangan dengan: (a) skala kecil, (b) modal yang terbatas, (c) penggunaan teknologi yang masih sederhana, (d) sangat dipengaruhi oleh musim, (e) wilayah pasarnya lokal, (f) umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga mengakibatkan terjadinya involusi pertanian (pengangguran tersembunyi), (g) kanal terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah, (h) pasar komoditi pertanian yang sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai oleh pedagang-pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan petani. Selain itu, masih ditambah lagi dengan permasalahan-permasalahan yang menghambat pembangunan pertanian di Indonesia ibarat pembaruan agraria (konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian) yang semakin tidak terkendali lagi, kurangnya penyediaan benih bermutu bagi petani, kelangkaan pupuk pada dikala isu terkini tanam datang, swasembada beras yang tidak meningkatkan kesejahteraan petani dan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Petani, menuntut pemerintah untuk sanggup lebih serius lagi dalam upaya penyelesaian duduk kasus pertanian di Indonesia demi terwujudnya pembangunan pertanian Indonesia yang lebih maju demi tercapainya kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Pembangunan pertanian di masa yang akan tiba tidak hanya dihadapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, namun juga dihadapkan pula pada tantangan untuk menghadapi perubahan tatanan politik di Indonesia yang mengarah pada era demokratisasi yakni tuntutan otonomi daerah dan pemberdayaan petani. Disamping itu, dihadapkan pula pada tantangan untuk mengantisipasi perubahan tatanan dunia yang mengarah pada globalisasi dunia. Oleh lantaran itu, pembangunan pertanian di Indonesia tidak saja dituntut untuk menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi namun juga bisa menyebarkan pertumbuhan daerah serta pemberdayaan masyarakat. Ketiga tantangan tersebut menjadi sebuah kerja keras bagi kita semua apabila menginginkan pertanian kita sanggup menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan sanggup menjadi motor pencetus pembangunan bangsa. Di bawah ini terdapat beberapa rekomendasi, tawaran, saran, masukan dan juga tuntutan hasil dari pedoman mahasiswa-mahasiswa pertanian Indonesia yang tergabung dalam Forum Komunikasi Mahasiswa Pertanian Indonesia (FKMPI) terkait seni administrasi pembangunan pertanian di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1.        Optimalisasi kegiatan pertanian organik secara menyeluruh di Indonesia serta menuntut pemanfaatan lahan tidur untuk pertanian yang produktif dan ramah lingkungan.
2.        Regulasi konversi lahan dengan ditetapkannya tempat lahan kekal yang eksistensinya dilindungi oleh undang-undang.
3.        Penguatan sistem kelembagaan tani dan pendidikan kepada petani, berupa kegiatan insentif perjuangan tani, kegiatan perbankan pertanian, pengembangan pasar dan jaringan pemasaran yang berpihak kepada petani, serta pengembangan industrialisasi yang berbasis pertanian/pedesaan, dan mempermudah akses-akses terhadap sumber-sumber informasi IPTEK.
4.        Indonesia harus bisa keluar dari WTO dan segala bentuk perdagangan bebas dunia pada tahun 2014.
5.        Perbaikan infrastruktur pertanian dan peningkatan teknologi sempurna guna yang berwawasan pada konteks kearifan lokal serta pemanfaatan secara maksimal hasil-hasil penelitian ilmuwan lokal.
6.        Mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia.
7.        Peningkatan mutu dan kesejahteraan penyuluh pertanian.
8.        Membuat dan memberlakukan Undang-Undang proteksi atas Hak Asasi Petani.
9.        Memposisikan pejabat dan petugas di setiap instansi maupun institusi pertanian dan perkebunan sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing.
10.    Mewujudkan segera reforma agraria.
11.    Perimbangan muatan informasi yang berkaitan dengan dunia pertanian serta penyusunan konsep jam tayang khusus untuk publikasi dunia pertanian di seluruh media massa yang ada
12.    Bimbingan lanjutan bagi lulusan bidang pertanian yang terintegrasi melalui penumbuhan wirausahawan dalam bidang pertanian (inkubator bisnis) berupa training dan pemagangan (retoling) yang berorientasi life skill, entrepreneurial skill dan kemandirian berusaha, kegiatan pendidikan dan training bagi generasi muda melalui kegiatan magang ke negara-negara dimana sektor pertaniannya telah berkembang maju, peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi pertanian, pengembangan kegiatan studi bidang pertanian yang bisa menarik generasi muda, serta program-program lain yang bertujuan untuk menggali potensi, minat, dan talenta generasi muda di bidang pertanian serta melahirkan generasi muda yang mempunyai perilaku ilmiah, professional, kreatif, dan kepedulian sosial yang tinggi demi kemajuan pertanian Indonesia, ibarat olimpiade pertanian, gerakan cinta pertanian pada anak, agriyouth camp, dan lain-lain.
13.    Membrantas mafia-mafia pertanian.
14.    Melibatkan mahasiswa dalam kegiatan pembangunan pertanian melalui pelaksanaan bimbingan massal pertanian, peningkatan daya saing mahasiswa dalam kewirausahaan serta dana pendampingan untuk program–program kemahasiswaan.
Banyak hal yang harus kita lakukan dalam menyebarkan pertanian pada masa yang akan datang. Kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan tujuan utama yang menjadi prioritas dalam melaksanakan kegiatan apapun. Tentu hal itu dihentikan hanya menguntungkan satu golongan saja namun diarahkan untuk mencapai pondasi yang kuat pada pembangunan nasional. Pembangunan ialah penciptaan sistem dan tata nilai yang lebih baik hingga terjadi keadilan dan tingkat kesejahteraan yang tinggi. Pembangunan pertanian harus mengantisipasi tantangan demokratisasi dan globalisasi untuk sanggup membuat sistem yang adil. Selain itu harus diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, khususnya petani melalui pembangunan sistem pertanian dan perjuangan pertanian yang kuat dan mapan. Dimana Sistem tersebut harus sanggup berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralistik.

B.       Kriteria Menteri Pertanian Indonesia
1.        Berlatar belakang pendidikan pertanian serta menguasai ilmu pertanian terapan dan teknis.
2.        Berani turun secara pribadi kelapangan melihat kondisi permasalahan pertanian di Indonesia.
3.        Mampu menimbulkan pertanian sebagai leading sector perekonomian bangsa.
4.        Bersedia berkomunikasi dan berhubungan serta mengikutsertakan petani, mahasiswa, institusi, dan instansi pertanian dalam pengambilan kebijakan.
5.        Membuat dan bisa mengawal kebijakan-kebijakan yang berpihak pada upaya pembangunan pertanian dan kepentingan petani.
6.        Berpengalaman dan berdedikasi di bidang pertanian.
7.        Memiliki track record yang baik (tidak pernah terlibat masalah hukum).
8.        Loyal terhadap pemerintah dan NKRI.
9.        Mewujudkan kegiatan wilayah bebas korupsi (wbk) di Departemen Pertanian.
10.    Berani bertindak cepat dan sempurna dalam mengambil keputusan untuk kemajuan pertanian Indonesia.
11.    Mampu mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia pada tahun 2014.
12.    Berani membuat kegiatan peningkatan kesejahteraan untuk petani.
13.    Berani membuat kebijakan bersama dengan Departemen Pendidikan Nasional semoga dunia pendidikan pertanian lebih diperhatikan dan maju.

C.      Manfaat pertanian di indonesia
Pertanian mempunyai subsektor-subsektor yang mempunyai kiprah dan potensi dalam membangun perekonomian Indonesia. Di bawah ini terdapat beberapa kiprah dari subsektor-subsektor yang ada di sektor pertanian:


1.      Perkebunan Sebagai Komoditi Ekspor
Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan yang paling konsisten, baik ditinjau dari arealnya maupun produksinya. Berdasarkan data dari Direktorat Bina Produksi Perkebunan (2004), pada tahun 2000 hingga 2003, secara keseluruhan luas areal perkebunan di Indonesia meningkat dengan laju 2,6% per tahun dengan total areal pada tahun 2003 mencapai 16,3 juta ha.
Perkebunan di Indonesia mempunyai beberapa komoditas penting, diantaranya ialah karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, teh, dan tebu. Pertumbuhan kelapa sawit, karet dan kakao mengalami laju yang pesat diantara tumbuhan perkebunan yang lainnya yaitu diatas 5% per tahun. Pertumbuhan tersebut pada umumnya berkaitan dengan tingkat laba pengusaha komoditas tersebut yang relatif baik. Selain itu adanya kebijakan pemerintah untuk mendorong ekspansi areal untuk komoditas tersebut.
Selain pertumbuhan areal, produksi perkebunan juga meningkat dengan konsisten pada tahun 2000 hingga 2003 dengan laju 7,6%. Total produksi mencapai 19,6 juta ton pada tahun 2003. Komoditas kelapa sawit dan karet mempunyai donasi yang dominan. Produksi kelapa sawit tumbuh pesat dengan laju 12,1% per tahun. Kemudian tingkat pertumbuhan produksi komoditas kakao dan kopi juga relative pesat pada periode tersebut. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya harga-harga produk perkebunan pada tahun 2003.

Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang penting lantaran mempunyai donasi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Subsektor ini juga menyerap tenaga kerja sehingga angka pengangguran bisa berkurang. Sampai tahun 2003, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh subsektor ini diperkirakan mencapai sekitar 17 juta jiwa. Jumlah lapangan kerja tersebut belum termasuk ke dalam industri hilir perkebunan.
Subsektor perkebunan menyediakan lapangan pekerjaan di pedesaan dan di daerah terpencil sehingga mempunyai nilai tambah tersendiri dalam penyediaan lapangan kerja. Peran tersebut bermakna strategis lantaran penyediaan lapangan kerja oleh subsektor ini berlokasi di pedesaan sehingga Subsektor ini mempunyai donasi penting dalam hal penciptaan nilai tambah yang tercermin dari kontribusinya terhadap PDB. Dari segi nilai otoriter menurut harga yang berlaku, PDB terus meningkat dari tahun 2000 hingga tahun 2003 dari sekitar Rp 33,7 triliun menjadi Rp 47,0 triliun, atau dengan laju sekitar 11,7% per tahun.
Dengan peningkatan tersebut, donasi PDB subsektor perkebunan terhadap PDB sektor pertanian ialah sekitar 16%. Terhadap PDB secara nasional tanpa migas, donasi subsektor ini ialah sekitar 2,9% atau sekitar 2,6% PDB total. Jika memakai PDB dengan harga konstan tahun 1993, donasi subsektor perkebunan terhadap PDB sektor pertanian ialah 17.6%, sedangkan terhadap PDB nonmigas dan PDB nasional masing-masing ialah 3.0% dan 2.8%.
Subsektor perkebunan mempunyai posisi yang tidak sanggup diremehkan. Perkebunan merupakan salah satu subsektor andalan dalam menyumbang devisa untuk negara melalui orientasi pasar ekspor. Produk karet, kopi, kakao, teh dan minyak sawit ialah produk-produk yang lebih dari 50% dari total produksi ialah untuk ekspor. Hingga tahun 2004, subsektor perkebunan secara konsisten menyumbang devisa dengan dengan rata-rata nilai ekspor produk primernya mencapai US$ 4 miliar per tahun. Nilai tersebut belum termasuk nilai ekspor produk olahan perkebunan, lantaran ekspor olahan perkebunan dimasukkan pada sektor perindustrian.

2.      Agroindustri Sebagai Pemoles Hasil Pertanian
Pertanian merupakan gosip sensitif dan penting yang menjadi ciri sosial ekonomi bagi sebagian besar dari negara-negara berkembang di dunia. Namun, negara maju yang sudah menjadi negara industri, yang mempunyai jumlah petani dan donasi pertanian yang kecil ternyata juga ikut membela dengan serius sektor pertaniannya.
Di Indonesia, kita jumpai banyak sekali industri-industri yang bergerak dalam mengelola hasil-hasil dari sektor pertanian. Selain itu banyak hasil karya anak bangsa yang mengubah hasil pertanian sebagai materi baku yang kemudian disulap menjadi barang yang sangat bermanfaat dan bernilai jual tinggi. Contohnya pemanfaatan pelepah pisang yang dibentuk menjadi aneka macam kerajinan tangan. Biji-biji jarak yang kemudian diolah menjadi biodiesel. Hasil dari perkebunan tembakau, karet, kopi, tumbuhan sayur dan hortikultura serta masih banyak lagi industri-industri pertanian yang dimiliki oleh Indonesia.
Dalam pembangunannya, industri pertanian tidaklah lepas dari perkembangan teknologi. Pemanfaatan hasil pertanian sebagai materi baku industri bisa mengatakan donasi tenaga kerja sehingga tingkat pengangguran di Indonesia secara perlahan-lahan sanggup menurun. Peran bioteknologi juga sangat diharapkan di sektor ini, sehingga menjadi peluang untuk tenaga-tenaga jago dalam bidang pertanian untuk bekerja.
Dalam proses pengelolaan yang tidak sempurna pada subsektor ini, banyak laba dari hasil produksi yang dimiliki oleh tubuh perjuangan abnormal sehingga penghasilan dari ekspor bisa berkurang dari nilai tertingginya. Kurangnya modal dan hutang luar negeri Indonesia memaksa hal tersebut terjadi. Oleh lantaran itu, seharusnya ada usaha-usaha yang dilakukan semoga laba negara sanggup meningkat dan laju inflasi sanggup diturunkan sehingga kondisi ekonomi negara Indonesia sanggup stabil dan terjamin untuk keberlanjutan proses pembangunan.

3.      Agroekowisata Sebagai Pemikat Wisatawan
Negara Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati baik tumbuhan maupun fauna yang menjadi ciri khas tersendiri sebagai negara yang beriklim tropis. Hal ini jarang sekali diperhatikan dan dirawat oleh masyarakat Indonesia itu sendiri sehingga kurang optimal dalam pemanfaatannya. Salah satu keuntungannya ialah sebagai objek wisata.
Pada hakikatnya insan mempunyai daya imajinasi yang tinggi sehingga memerlukan keindahan-keindahan yang akan menyegarkan kembali daya imajinasi yang mulai jenuh akhir dari kesibukan-kesibukannya yang sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Meski sudah ada objek wisata alam yang telah tersedia, namun jarang sekali objek wisata yang mengatakan perpaduan dari keindahan susunan bentang alam dengan produk-produk pertanian.
Agroekowisata mengatakan aneka macam ekosistem pertanian serta bentang alam yang khas yang akan menjadi wahana gres untuk para wisatawan baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Hal tersebut sanggup mengatakan donasi yang besar dalam perekonomian Indonesia dalam bentuk penghasilan devisa.



PENUTUP


A.      Kesimpulan
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya ialah petani. Kaprikornus pertanian merupakan sektor yang menyumbang setengah dari perekonomian Indonesia melalui sumbangan devisa dalam orientasi pasar ekspor produk karet, kopi, kakao, teh dan minyak sawit. Perkebunan merupakan penyedia lapangan pekerjaan di pedesaan dan daerah terpencil, dan merupakan penyerap tenaga kerja yang cukup signifikan. Demikian juga kiprah agroindustri dalam memoles hasil pertanian melalui teknologi tertentu menjadi barang yang sangat bermanfaat dan bernilai tinggi, baik untuk konsumsi lokal maupun manca negara. Namun pengolahan hasil industri pertanian tersebut menghadapi kendala mana kala teknologi yang dipakai tidak sempurna guna, dan alhasil akan menurunkan nilai produk tersebut yang alhasil memangkas laba yang seharusnya didapat. Hal ini perlu dicermati sehingga dilakukan antisipasi dan upaya lain yang tepat.
Kekayaan Indonesia berupa lahan pertanian juga merupakan aset penting untuk agrowisata. Dengan pengolahan yang baik hasil perkebunan ini dan pemeliharaan terhadap kebersihan dan keindahannya, maka nilai agrowisatanya akan mengatakan devisa yang cukup tinggi bagi negara.


Sumber http://makalahtugasmu.blogspot.com


EmoticonEmoticon