HILANGNYA BUDAYA ROKOK
“LINTING DEWE” MEMASUKI ABAD 21 PADA DAERAH MALANG
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Dasar Dasar Antropologi
Yang dibina oleh Bapak. Waskito, S.Sos.,M.Hum
Oleh
Bagus Ninar Sulistyawan 120732436493
Bimo Seno 120732436492
Bima Perkasa 120732436491
A.Razif Kurniawan 120732436487
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
SEPTEMBER 2012
KATA PENGANTAR
Syukur yang tak terhingga kami panjatkan kehadirat Allah Rabbul ‘Alamin yang tiada henti-hentinya mengalirkan segala kearifan dalam setiap kalbu hambanya yang haus dan cinta akan ilmu yang dengannya tiada akan pernah kering samudera pikir dan terbukalah setiap mata hati. Begitu pula dengan segala rahmat dan hidayah-Nya-lah sehingga makalah yang berjudul ”HILANGNYA BUDAYA ROKOK “LINTING DEWE” MEMASUKI ABAD 21 PADA DAERAH MALANG ” sanggup terselesaikan.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini ialah untuk memenuhi kiprah matakuliah Prasejarah indonesia. Selain itu juga, ucapan terima kasih terbesar dipersembahkan pada seorang yang telah memberi arah dan penuntun dalam gelap dan buntu tatapan mata kami dalam mengetuk tiap-tiap pintu khazanah budaya, diantaranya :
- Bapak Waskito sebagai pembina matakuliah Dasar – Dasar Antropologi
- Orangtua dirumah yang tak pernah hentinya menunjukkan sumbangan materildan doa serta segala bentuk dukungannya.
Demikianlah Makalah ini dibentuk dan tidak menutup kemungkinan dalam penyusunannya terdapat kekurangan dan kesalahan didalamnya. Oleh lantaran itu, kami mengharapkan saran dan komentarnya yang sanggup dijadikan masukan dalam penyusunan laporan kiprah selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hilangnya Budaya Rokok Tingwe 3
B. Bahan – Bahan dan Cara Pembuatan Rokok Tingwe 6
BA B III PENUTUP
A. Kesimpulan 8
B. Kritik dan Saran 8
DAFTAR RUJUKAN 9
LAMPIRAN 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hilangnya budaya tingwe pada kaum remaja. Mungkin terdengar asing di indera pendengaran tetapi jikalau dicermati secara benar memang budaya sesepuh kita maupun para leluhur kita akan rokok tingwe telah memudar di antara kita. Dan kepada orang renta yang sudah mengenal budaya rokok tingwe untuk mengenalkan budaya rokok tingwe kepada warga Indonesia yang sudah remaja untuk mengenal rokok tingwe.
Tetapi sebagai pengganti dari rokok tingwe itu maka terciptalah rokok kretek pabrikan, sebagai teladan : Dji Sam Soe, Sampoerna Hijau, dll. Yang notabene masih merupakan tingwe, walaupun bukan kita yang men-tingwe (men- ngliting dewe) namun tetap sanggup di sebut sebagai tingwe lantaran para buruhlah yang men-tingwekan di antara kita
Sebuah ironi memang di antara kita, namun itu yaitu sebuah kenyataan bahwa semakin berkembangnya zaman maka kita juga harus mulai meninggalkan banyak sekali budaya – budaya yang usang dan memperbaruinya atau setidaknya memodifikasikanya menjadi yang lebih baik lagi. Agar kita menjadi orang – orang yang sanggup di pandang sebagai orang yang terpelajar
Dapat kita ketahui bahwa merokok dengan cara tingwe telah dilakukan oleh para leluhur kita. Indonesia percaya bahwa rokok kretek pertama kali di temukan pada kala 19 oleh Haji Djamhari yang secara tidak sengaja mencampurkan cengkeh ke rokok, dan itu telah menjadikan rasa dan sensasi yang berbeda bagirokok tersebut. Dari dongeng di atas sanggup di simpulkan bahwa pada kala ke 19 masyarakat Indonesia telah mengenal akan rokok tingwe. Yang merupakan salah satu hal yang sanggup mempersatukan masyarakat. Baik yang kalangan bangsawan maupun kalangan bawah, lantaran rokok sanggup yaitu salah satu hal yang sanggup mencairkan dan menetralkan suasana yang lagi kacau. Merokok juga sanggup menghilangkan kebosanan dan kejenuhan disaat lagi sendiri dan menghilangkan stress atau depresi.
Demikian kami membuat makalah untuk mengingatkan generasi penerus supaya tidak menghilang budaya “ngelinting dewe”. Dan kepada masyarakat untuk tetap melestarikan budaya-budaya yang telah dilakukan oleh para leluhur. Untuk generasi penerus jangan gampang terpengaruh dengan rokok-rokok yang sudah banyak di jual, lantaran itu akan menyebabka hilangnya budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur. Dan budaya yang diwariskan oleh para leluhur bisa di ambil oleh bangsa lain, lantaran melemahnya kepada genarasi untuk melestarikan budaya “ngelinting dewe” di awal abab 21 ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah di paparkan dalam latar belakang tersebut, maka perumusan duduk kasus dalam penulisan ini yaitu :
1. Bagaimana budaya rokok tingwe bisa hilang ?
2. Bagaimana Cara Membuat Rokok Tingwe?
C. Tujuan
Berdasarkan perumusan duduk kasus di atas, maka tujuan penulisan ini adalah:
1. Menjelaskan mengapa budaya rokok tingwe bisa hilang.
2. Menjelaskan Cara Membuat Rokok Tingwe.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hilangnya Budaya Rokok Tingwe
Tingwe artinya nglinting dhewe,ini bahasa Jawa artinya melinting sendiri. Makara rokok tingwe yaitu rokok yang dibentuk dengan cara melinting sendiri (melinting= menggulung dalam bentuk kecil). Kegiatan membuiat rokok tingwe sudah ada semenjak jaman bahuelak. Bahkan dongeng Roro Jongrang juga sebagai gadis yang membuat rokok tingwe. Kayaknya jaman-jaman awal berdirinya kerajaan di Jawa acara ini sudah ada.
Kebiasaan ini terus berkembang dari generasi ke generasi,sampai ketika ini. Saat saya kecil sekitar tahun 60-70-an pun di rumah-rumah di Jawa seseorang yang ingin merokok ya membuat sendiri alias tingwe. Makanya di rumah-ramah masyarakat,tersedia seperangkat tembakau,kertas,cengkeh,korek api di atas meja-tamu mereka.
Kegiatan tingwe ini asyik sekali,dari proses ber-tingwe saja sudah nampak asyiknya.Saat tangan mulai menentukan tembakau ,meletakkan di selembar kertas,lalu menaburi cengkeh,melintingnya dan mengelem dengan pinggiran bibir,selesai.lalu nyalahkan api.
Bagi orang yang terbiasa bertingwe kegiatan ini benar-benar asyik,unik dan berseni. Tidak semua perokok bisa membuat tingwe. Apalagi yang belum kenal sama sekali,pasti menganggap tingwe aneh,ndeso,ribet.
Seperti yang kita ketahui semua, bahwa rokok pertama ditemukan pertama kali oleh bangsa Indian. Yang merokok demi keperluan spiritual, namun itu hanya untuk keperluan spiritual. Kemudian bangsa Eropa membawa menuju dunia yang lebih maju dan beradab, yang kemudian di susul oleh bangsa-bangsa islam.Pada tahun tahun awal tersebut rokok terkenal akan cara menghisap yang memakai pipa, biasanya pipa tersebut memakai gading maupun tanduk. Tetapi jikalau kita sekarang, khususnya anak muda merokok memakai pipa
ataupun melinting sendiri (tingwe) menganggap itu kuno dan tidak mengikuti fashion maupun perkembangan zaman yang semakin maju ini.
Pada dasarnya rokok yang kita hisap kini terdiri berawal dari rokok cerutu, yang cara pembuatanya dari daun tembakau yang masih berupa lembaran kemudian di gulung-gulung ibarat pipa.
Pada kala ke 19 merokok dengan memakai kertas (sigarete) masih tergolong langka apalagi berada di tanah jawa yang notabene masih merupak tempat kerajaan, kesultanan, dan masih berupa banyak sekali jajahan. alasannya yaitu pada masa-masa kolonial keberadaan kertas pada masa ini masih sangatlah jarang. sering kali tidak ada. Sehingga sering kali kertas digantikan oleh kulit jagung atau juga di sebut juga dengan rokok klobot
Tetapi jikalau kita berurusan akan merokok memakai klobot (pembungkusnya merupakan daun jagung), kawung (pembungkusnya merupakan daun aren). Kita sudah mulai mengenal akan rokok pada kala ke 17. Dengan diceritakanya Rara Mendut ( baca; Roro Mendut). Yang diceritakan pada buku Babad Tanah Jawi yaitu diceritakan bahwa ia menjual rokok yang telah dihisapnya dengan harga mahal. kemahalan akan rokok ini tergantung pada panjang atau tidak otis (bekas rokok).
Jadi bisa diperkirakan bahwa pada kala ke 17 kita sudah mengenal akan rokok tingwe di masyarakat kita. Kurang lebih sekitar 2 kala sebelum alhasil budaya itu memudar dengan semakin berkembangnya banyak sekali perusahaan rokok di seantero Nusantara. Yang semakin usang keberadaan rokok tingwe semaking menghilang dengak di gantikan oleh rokok kretek yang memakai system SKT . SKT (Sigaret Kretek Tangan) yaitu yaitu rokok yang cara membuatnya di linting ataupun dengan digiling pada pabrik pabrik besar maupun industri rumahan.
Industri rokok diperkirakan berkembang pada 1870 hingga 1880-an. Rokok dengan menggunkan klobot yaitu salah satu rokok yang terkenal pada tahun tahun tersebut. Pada zaman penjajahan Jepang beberapa yang terkenal yaitu Kooa dan Mizuho. Ini yaitu beberapa perusahaan yang mengawali perjalanan rokok pada negara kita. Dan banyak perusahaan rokok yang menjamur di Indonesia khususnya Jawa, alasannya yaitu Jawa pada masa ini merupakan sentra kekuatan sehingga perkembangan akan industri rokok berkembang luas. Sebab perusahaan rokok pada masa ini masih memakai system buruh yang memerlukan banyak orang unntuk menjalankan pabrik.
Selanjutnya Indonesia memasuki zaman rokok filter kretek. pada zaman ini banyak kaum muda Indonesia maupun renta bahkan kaum hawa saat itu mulai beralih pada rokok yang tergolong mutakhir ini. Berkadar nikotin dan tar rendah, yang sanggup menunjukkan cita rasa yang sama, tanpa mengurangi impian para perokok. Banyak dari para perokok yang menginginkan akan rokoknya yang mempunyai rasa manis, memounyai asap banyak, maupun berkadar tar atau nikotin rendah dan tidak berasa serik di tenggorokan.
Rokok tingwe, rokok kegemaran masyarakat di pedesaan. Rokok tingwe, yang merupakan kependekan dari rokok melinting dewe, atau melinting sendiri, bagi masyarakat di pedesaan di Jawa, merupakan santapan setiap pagi, bersama secangkir kopi pahit.
Tetapi dari pemilihan rokok terlihat akan tabiat bangsa Indonesia yang mulai menentukan banyak sekali hal yang instan. Dalam hal rokok yang instan kita yaitu tinggal membuka bungkusnya, ambil, nyalakan, kemudian tinggal sedot. Berbeda akan zaman dahulu ketika seseorang harus menakar banyaknya tembakau untuk sebuah rokok. Jika kita melihat ini yaitu merupakan serangan globalisasi akan apa yang disebut sifat materialism dan imbas dari sebuah era globalisasi yang tidak sanggup kita bendung lagi. Sehingga sanggup disimmpulkan bahwa masyarakat kini ini menginginkan akan kepraktisan dan rasa kebanggan. Sebab pada sebuah rokok sanggup kita lihat akan nilai dari kekayaan atau kemampuan keuangan dari seseorang dari rokok yang di hisapnya, sebagai contoh: seseorang yang merokok Dji Sam Soe akan di pandang lebih tinggi seleranya dan kemampuan keunganya dari seseorang yang merokok Sampoerna Pas. Selain itu jikalau kita melihat seorang teman atau kerabat kita merokok rokok brand Kopi Dangdut yang 1 pack seharga Rp 3500 dan Marlboro seharga Rp 13.000, bagaimanakah pendapat anda mengenai sesorang tersebut yang lebih suka merokok rokok yang berharga daripada yang harganya murah. Walaupun ia mempunyai HP Blackberry ia akan dianggap tidak mempunyai uang lantaran hanya membeli rokok yang berharga murah dan tidak tentu rasa dan kualitasnya. Berbeda dengan seseorang yang merokok Marlboro, walaupun ia hanya mempunyai HP yang biasa, ia masih dianggap mempunyai cita rasa akan rokok yang lezat dan berkualitas tinggi.
Itu yaitu salah satu bentuk budaya materialistis dan imbas globalisasi di antara kaum muda yang mulai berkembang di antar kita. Sebuah masalah faktual di antar kita semua yang memang membuat kita heran namun merupakan masalah nyata.
B. Bahan-Bahan dan Cara Membuat Rokok Tingwe
Bahan – materi rokok tingwe sebagai berikut : tembakau Tis (tembakau yang sudah dicampur dengan banyak sekali rasa rokok yang sudah populer),kertas rokok, cengkeh,saos rokok,lem kertas. Bahan – materi rokok tingwe sangat gampang didapat dan diperoleh oleh semua kalangan masyarakat. dikarenakan materi – materi banyak dan gampang dicari oleh lantaran itu rokok tingwe gampang didapat dan diperoleh oleh kalangan masyarakat apapun. Khususnya di tempat jawa materi – materi rokok tingwe sangat gampang didapat dikarenakan tempat pulau jawa pabrik terbesar di Indonesia.
Kertas rokok yang tersedia pun beraneka rupa. Semua mirip-mirip dengan brand terkenal. Cuman merk-nya diplesetkan; Ada 23A,B mild,Suryo Kampoes, Gudang Ganam, Gudang Rakyat,Malioboro. Kertas ini ada yang berasa bagus ada yang tidak bagus (hambar). Selain kertas juga ada filter, Filter khusus rokok disewdiakan untuk ukuran rokok mild dan rokok standard. Warnanya ada yang putih higienis ada yang kuning kecoklatan.
Tidak lupa juga saos rokok. Sama mirip saos-untuk banyak sekali makanan, rokok pun juga ada saosnya. Saos ini memberi sensasi aroma, Ada aroma mirip buah nangkah, pisang ambon, nanas. Kalau diperhatiin aromanya jadi mirip mirip dengan merk-merk tertentu.
Cengkeh disebut juga bumbu rokok,fungsinya menambah rasa gurih pada rokok kretek. Karena cengkeh berasal dari banyak sekali jenis makan rasa cengkeh pun bermacam macam, ada yang pedar,pedas, gurih,dsb. Perpaduan cengkeh yang pas menambah rasa nikmat rokok yang dihasilkan,Tentu saja cengkeh orisinil berasa lebih lezat dan nyaman di tenggorokan. Perpaduan saos,tembakau dan cengkeh inilah yang diyakini bisa membuat produk rokok mencengangkan. Para peracik tingwe dalam tempo tidak usang sudah jadi mahir meramu rokok.
Awalnya, menempelkan kertas rokok warna putih. Di atas kertas itu kemudian diberi adonan tembakau serta adonan cengkeh sedikit.
Setelah adonan siap, tuas eksklusif ditekan kuat. Meloncatlah rokok hasil produksi sendiri yang siap dinikmati. Supaya rapi, kedua ujung rokok linting itu digunting.
Warga biasanya memproduksi rokok dengan warna putih dan coklat. Rokok coklat sangat laris karena aroma dan adonan tembakau yang dicampur tembakau.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rokok tingwe yaitu rokok nglinting dhewe,ini bahasa Jawa artinya melinting sendiri. Makara rokok tingwe yaitu rokok yang dibentuk dengan cara melinting sendiri (melinting= menggulung dalam bentuk kecil). Tetapi sayangnya budaya ini semakin usang mulai menghilang dari kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh budaya materialistis dan imbas globalisasi di antara kaum muda yang mulai berkembang di antara kita.
Cara untuk membuat rokok tingwe tidak susah, kita hanya butuh tembakau, cengkeh, kertas rokok dan lem. Pertama kita letakkan kertas rokok di atas alat melinting, kemudian diberi adonan tembakau dan sedikit cengkeh, sesudah itu kita beri lem ada kertasnya untuk merekatkan, kemudian dilinting dan digunting ujung-ujungnya supaya terlihat rapi.
B. Saran
Kita patut gembira dengan budaya tingwe, lantaran budaya tersebut merupakan budaya dari nenek moyang kita. Meskipun jaman sudah semakin modern dan rokok juga sudah semakin banyak variasinya, kita dihentikan melupakan budaya masa kemudian kita. Setidaknya kita lebih menunjukkan perhatian kepada orang-orang yang masih mempertahankan budaya tersebut. Untuk melestarikan rokok tingwe dimalang kepada masyarakat dibutuhkan :
1. Memberikan penyuluhan kepada pecandu rokok untuk lebih menghargai budaya yang diwariskan oleh nenek moyang.
2. Mengadakan festival rokok tingwe, supaya lebih di kenal oleh masyarakat.
DAFTAR RUJUKAN
Schoorl, J. W. 1980. Modernisasi.. Jakarta : Gramedia
Adeney, Bernard T. 1995. Etika Sosial danLlintas Budaya. Yogyakarta : Kanisius
Soemardjan, Selo. 1988. Masyarakat dn Kebudayaan. Jakarta : Djambatan
Tim Penulis. 1980. Antropologi Budaya. Bandun : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Aguspramono. 2011. Jual Bahan Tingwe. (online). (file:///C:/Documents%20and%20Settings/Toshiba%20NB200/Desktop/rokok/rokok%20tingwe.htm) di Akses Tanggal 1 November 2012.
Sumber http://makalahtugasmu.blogspot.com
EmoticonEmoticon