Selasa, 05 Juni 2018

Pengertian Dan Makna Kedisiplinan

Pengertian dan Makna  Kedisiplinan

Pada posting ini kita akan mempelajari Pengertian, Makna dan Urgensi Disiplin / Kedisiplinan. Disiplin sangat penting artinya bagi akseptor didik. Karena itu, ia harus ditanamkan secara terus-menerus kepada akseptor didik. Jika disiplin ditanamkan secara terus menerus, maka disiplin tersebut akan menjadi kebiasaan bagi akseptor didik. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya masing-masing umumnya memiliki kedisiplinan yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal, umumnya tidak disiplin.

Apa yang dimaksud dengan disiplin? Banyak para hebat yang memberikan pengertian sesuai dengan sudut pandang mereka. The Liang Gie (1972) menawarkan pengertian disiplin sebagai berikut:
“Disiplin yakni suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa bahagia hati”.

Good’s (1959) dalam Dictionary of Education mengartikan disiplin sebagai berikut:
a.        Proses atau hasil pengarahan atau pengendalikan keinginan, dorongan atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk mencapai tindakan yang lebih sangkil.
b.        Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan diarahkan sendiri, meskipun menghadapi rintangan.
c.        Pengendalian sikap secara eksklusif dan adikara dengan eksekusi atau hadiah.
d.        Pengekangan dorongan dengan cara yang tak nyaman dan bahkan menyakitkan.

Webster’s New World Dictionary (1959) membeikan batasan disiplin sebagai: Latihan untuk mengendalikan diri, aksara dan keadaan secara tertib dan efisien.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut kiranya jelas, bahwa disiplin yakni suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tidak ada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara eksklusif atau tidak langsung.

Adapun pengertian disiplin akseptor didik yakni suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh akseptor didik di sekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara lansung maupun tidak eksklusif terhadap akseptor didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.

Ada tiga macam disiplin. Pertama, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian. Menurut kacamata konsep ini, akseptor didik di sekolah dikatakan memiliki disiplin tinggi manakala mau duduk hening sambil memperhatikan uraian guru saat sedang mengajar. Peserta didik diharuskan mengiyakan saja terhadap apa yang dikehendaki guru, dan dihentikan membantah. Dengan demikian, guru bebas menawarkan tekanan kepada akseptor didik, dan memang harus menekan akseptor didik. Dengan demikian, akseptor didik takut dan terpaksa mengikuti apa yang diingini oleh guru.

Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive. Menurut konsep ini, akseptor didik haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas dan sekolah. Aturan-aturan di sekolah dilonggarkan dan tidak perlu mengikat kepada akseptor didik. Peserta didik dibiarkan berbuat apa saja sepanjang itu menurutnya baik. Konsep permissive ini merupakan anti tesa dari konsep autoritarian. Keduanya sama-sama berada dalam kutub ekstrim.

Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin demikian, menawarkan kebebasan seluas-luasnya kepada akseptor didik untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi dari perbuatan itu, haruslah ia tanggung. Karena ia yang menabur, maka ialah yang menuai. Konsep ini merupakan konvergensi dari konsep otoritarian dan permissive di atas.

Menurut konsep kebebasan terkendali ini, akseptor didik memang diberi kebebasan, asal yang bersangkutan tidak menyalahgunakan kebebasan yang diberikan. Sebab tidak ada kebebasan mutlak di dunia ini, termasuk di negara liberal sekalipun. Ada batas-batas tertentu yang harus diikuti oleh seseorang dalam kerangka kehidupan bermasyarakat, termasuk juga kehidupan bermasyarakat dalam setting sekolah. Bahkan pendamba kebebasan mutlak pun, bekerjsama akan terbatasi oleh kebebasan itu sendiri.

Kebebasan jenis ketiga ini juga lazim dikenal dengan kebebasan terbimbing. Terbimbing alasannya dalam menerapkan kebebasan tersebut, diaksentuasikan kepada hal-hal yang konstruktif. Manakala arah tersebut berbalik atau berbelok ke hal-hal yang destruktif, maka dibimbing kembali ke arah yang konstruktif.

Berdasarkan tiga konsep disiplin tersebut, lalu dikemukakan teknik-teknik alternatif training disiplin akseptor didik. Pertama, dinamai dengan teknik external control, ialah suatu teknik di mana disiplin akseptor didik haruslah dikendalikan dari luar akseptor didik. Teknik ini meyakini kebenaran akan teori X, yang memiliki asumsi-asumsi tak baik mengenai manusia. Karena tak baik, mereka senantiasa diawasi dan dikontrol terus, biar tidak terjerembab ke dalam kegiatan-kegiatan yang destruktif dan tidak produktif. Menurut teknik external control ini, akseptor didik harus terus menerus didisiplinkan, dan bila perlu ditakuti dengan bahaya dan ditawari dengan ganjaran. Ancaman diberikan kepada akseptor didik yang tidak disiplin, sementara ganjaran diberikan kepada akseptor didik yang memiliki disiplin tinggi.

Kedua, dinamainya dengan teknik inner control atau internal control. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik di atas. Teknik ini mengupayakan biar akseptor didik sanggup mendisiplinkan dari mereka sendiri. Peserta didik disadarkan akan arti pentingnya disiplin. Sesudah sadar, ia akan mawas diri dan berusaha mendisiplinkan diri sendiri. Jika teknik ini sanggup dikembangkan dengan baik, maka akan memiliki kekuatan yang lebih hebat dibandingkan dengan teknik external control.

Jika teknik inner control ini yang dipilih oleh guru, maka guru haruslah sanggup menjadi pola dalam hal kedisiplinan. Sebab, guru tidak akan sanggup mendisiplinkan akseptor didiknya, tanpa ia sendiri harus berdisiplin. Guru harus sudah punya self control dan inner control yang baik.

Ketiga, yakni teknik cooperatit control. Menurut teknik ini, antara pendidik dan akseptor didik harus saling berafiliasi dengan baik dalam menegakkan disiplin. Guru dan akseptor didik lazimnya menciptakan semacam kontrak perjanjian yang berisi aturan-aturan kedisiplinan yang harus ditaati bersama-sama. Sangsi atas pelanggaran disiplin juga ditaati dan dibentuk bersama.

Kontrak atau perjanjian ibarat ini sangat penting, oleh alasannya hanya dengan cara demikianlah pendidik dan akseptor didik sanggup berafiliasi dengan baik. Dalam suasana demikianlah, maka akseptor didik juga merasa dihargai. Inisiatif yang berasal dari dirinya, biarpun itu berbeda dengan inisiatif guru, asalkan baik juga diterima oleh guru dan akseptor didik lainnya.




= Baca Juga =




Sumber http://guroe.blogspot.com


EmoticonEmoticon